Selasa 28 Jul 2020 09:09 WIB

Syekh Tahir Wyatt Jelaskan Sejarah Islam di Amerika

Sejarah Islam di Amerika dijelaskan oleh Syekh Tahir Wyatt.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
Syekh Tahir Wyatt Jelaskan Sejarah Islam di Amerika. Foto: Jejak Islam di benua Amerika.
Foto: republika
Syekh Tahir Wyatt Jelaskan Sejarah Islam di Amerika. Foto: Jejak Islam di benua Amerika.

REPUBLIKA.CO.ID, PHILADELPHIA -- Direktur United Muslim Masjid di Philadelphia Amerika Serikat (AS), Syaikh Dr. Tahir Wyatt berbagi cerita mengenai sejarah muslim di Amerika melalui kajian daring lewat media sosial Facebook milik Ustaz Firanda Andirja, bertajuk 'Dakwah di Amerika' pada Ahad (26/7).

"Sebelumnya saya akan menjelaskan mengenai sejarah muslim di Amerika. Islam adalah agama dengan pertumbuhan yang cepat di Amerika. Diperkirakan ada 4-10 juta muslim di Amerika, memang tidak ada data resmi mengenai hal ini,"  ucap Dai pertama yang mengajar kajian menggunakan bahasa Inggris di Masjid Nabawi pintu 19 Al-Badr ini.

Baca Juga

Dia mengungkapkan, sejarah menyatakan Christopher Columbus menemukan benua Amerika pada 1492, pada tahun itu juga islam kalah di Andalusia. Semenjak saat itu tidak ada lagi pemerintahan islam yang resmi.

"Sejarah mencatat Christopher datang, tapi ada bukti yang tanpa ragu, bahwa sebenarnya muslim telah sampai 300 tahun sebelum Columbus menemukan benua Amerika," kata Syaikh.

 

Setelah menemukan benua Amerika, maka perlu tenaga kerja untuk membangun tempat-tempat di sana. Mereka memerlukan buruh dengan upah murah untuk mengembangkan benua baru tersebut.

Sebagian besar budak yang diboyong berasal dari Afrika Barat. Sejarah mencatat sekitar satu per tiga budak merupakan kaum muslim, banyak yang tidak mengetahui terkait dengan hal ini. Mereka berasal dari Senegal, dan garis pantai Senegal merupakan kaum muslim.

Saat mereka dibawa ke AS, kaum muslim yang dijadikan budak dipaksa untuk berpindah agama menganut keyakinan Kristen. Akan tetapi dalam catatan mereka tetap sholat, dan berusaha menjalankan ibadah puasa. Hal ini karena mereka akan tetap berpegang teguh pada agama dan kebudayaan mereka.

Kendati demikian hal-hal tersebut mulai berkurang pada generasi berikutnya. Anak-anak mereka tidak mengikuti ajaran dari orang tuanya. Mereka tidak kuat dalam memegang agama atau kebudayaan asli. Mereka harus pindah agama, kalau tidak dijalankan maka akan menghadapi hukuman mati.

"Jadi penting untuk diketahui komposisi kaum muslim pada 2020, satu dari lima, 20-30 persen kaum hitam Amerika atau biasa disebut 'African America' sebagai grup terbesar islam di Amerika. Jauh lebih besar dari Arab, Asia, Bangladesh, sehingga ada hubungan terkait kedatangan kaum Afrika, sejarahnya dan sebagai komunitas hitam terbesar," ucapnya.

Walaupun perbudakan telah dihapuskan pada 1865, hal itu tidak berlangsung dengan cepat. Kaum hitam tetap menjadi warga kelas dua, yang tidak memiliki persamaan, tidak memiliki pekerjaan dan perumahan. Tempat tinggal antara kaum hitam dan putih dipisahkan dalam waktu yang panjang.

Kemudian pada 1930 muncul pergerakan orang kulit hitam atau yang disebut dengan grup Nation of America (NOI). Muslim jelas sudah ada sebelum pergerakan ini datang.

Pergerakan ini muncul dengan memakai label islam yang didirikan oleh Elijah Muhammad. Gerakan ini dipengaruhi Islamiyah, dan Ahmadiyah, seperti yang diketahui Ahmadiyah menyatakan ada Nabi setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.

"Perbuatan Nation of Islam sangat berbeda pada islam umumnya, bahkan dari Nation of Islam sama sekali tidak ada islam," kata dia.

Namun NOI mulai berubah saat Elijah Muhammad meninggal, dan digantikan dengan anaknya Wallace Muhammad. Dia mengambil jalan berbeda, mengajarkan ortodoks islam. Wallace Muhammad mengajak pengikutnya sholat lima waktu, berpuasa ramadhan dan haji, yang sebelumnya tidak diajarkan Elijah Muhammad.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement