REPUBLIKA.CO.ID, DURBAN -- Frater Yusuf Ntsane Motloung sebelumnya bernama Ntsane Motloung merupakan seorang guru agama Kristen. Frater Yusuf Ntsane Motloung kemudian memeluk Islam pada 1989.
Frater kemudiam menceritakan bagaimana dirinya berkumpul dengan orang-orang Islam dan turut aktif berdakwah. Semua itu, bermula dari kerisauan hatinya dan begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Sayangnya, Yusuf tidak menemukan cukup jawaban yang memuaskan dalam Alkitab.
Dalam kondisi itu, Yusuf mulai membuka diri mencari jawaban pada agama selain agamanya saat itu. Saat itulah ia menemukan sebuah brosur 'Is the Bible God Word' yang diterbitkan Islamic Propagation Center International (IPCI) Durban, Afrika Selatan.
IPCI merupakan Pusat Dakwah Islam Internasional yang dibentuk dengan tujuan mencetak berbagai buku keislaman menawarkan kelas untuk mualaf. IPCI didirikan oleh Syekh Ahmed Hussein Deedat dengan dua orang sahabatnya.
Sejak kecil, Ntsane Motloung hanya mempelajari Alkitab dan pendidikan agama. Ia mengaku kecewa karena Alkitab gagal menjawab banyak pertanyaan di kepalanya.
Untuk bertanya kepada gurunya pun akan percuma, karena agama Kristen menolak pemikiran kritis penganutnya. Buku-buku teks yang dibacanya pun bahkan tidak bisa memberikan jawaban.
Saat menemukan brosur IPCI yang halamannya sudah tidak lengkap, Yusuf terus membawanya. Tertulis di sana di halaman dua brosur, yakni alamat IPCI di Durban dan beberapa informasi di halaman brosur yang masih tersisa dan menginspirasinya untuk ingin tahu lebih banyak.
Keingintahunnya itu semakin tidak terbendung saat ketua misionarisnya kebetulan menemukan brosur IPCI tersebut. Padahal saat itu, Yusuf masih mengajar pendidikan agama Kristen di sebuah sekolah negeri.
Mengetahui Yusuf memiliki brosur IPCI, sontak membuat ketuanya marah. Dan mengatakan agama Islam adalah politeistis, penganutnya menyembah berhala bernama Allah dan Nabinya Muhammad.
Yusuf mengabaikan peringatan itu. Yusuf Motloung terus berkorespondensi dengan IPCI untuk mendapatkan brosur lebih banyak lagi untuk dia pelajari. "Saya memeluk Islam pada 1989 selama musim gugur. Saya jadi tahu tentang agama (Islam) ini melalui brosur IPCI yang saya ambil dari tumpukan bacaan di sebuah tempat pembuangan. Brosur itu jatuh ke tangan saya ketika saya mati-matian mencari sumber informasi di mana saya bisa mengetahui lebih banyak tentang agama secara umum," ujar Ntsane Motloung dilansir dari Islam Web.
Yusuf kemudian mulai meninggalkan agama Kristen, meninggalkan gereja Lutheran dan tidak lagi mengajar agama kristen di sekolah setiap Ahad. Keputusan memeluk Islam semakin yakin setelah mendapatkan masukan dari seorang Muslim.
"Kebetulan dia memberi saya tumpangan di mobilnya ketika saya sedang dalam perjalanan ke salah satu sesi pelatihan dalam-jabatan guru di 1986. Saya tidak langsung mengiyakan, karena tidak ada Muslim di kota kami (Harrismith) untuk menjadi tempat saya belajar Islam," ucapnya.
Selama tiga tahun, 1986 hingga 1989, Yusuf hanya bisa membayangkan ketika dirinya benar-benar telah memeluk Islam. Ntsane Motloung benar-benar memeluk Islam pada 1989 dan sejak itu hingga 1992 ia mulai aktif belajar Islam pada organisasi Gerakan Dakwah Islam di sekitar Durban.
Yusuf telah lama berkorespondensi dengan IPCI di Durban. Selain itu, ia menerima bimbingan agama dari Pusat Dakwah Islam (penyebaran Islam) di sekitar Durban dari 1989 hingga 1992.