Senin 20 Jul 2020 07:45 WIB
qurban

Bolehkah Keluarga tak Mampu Berqurban dengan Ayam?

Bolehkah fakir miskin ikut berqurban

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr  Anwar Mujahidin, Dosen Ilmu Tafsir IAIN Ponorogo

Hari raya umat Islam kedua adalah Idul Adha yang identik dengan berqurban dengan penyembelihan hewan, seperti sapi atau kambing untuk dibagikan kepada para fakir dan miskin. Pertanyaan sebagian orang, benarkah seorang yang tidak mampu membeli seharga kambing atau sapi tidak harus berqurban.

Tidak bolehkan berqurban semampunya dengan binatang semisal ayam yang hanya seharga 70-100 rb per ekor? Ahli fiqih dapat dipastikan akan menjawab golongan yang tidak mampu tidak perlu berqurban dan berqurban dengan ayam adalah tidak sah.

Namun, benarkah hakikat dan tujuan syariat berqurban pada hari raya Idul Adha hanya untuk orang yang mampu secara ekonomi? Benarkah ada pemisahan kaya dan miskin, mampu dan tidak mampu dalam perayaan ibadah Idul Adha?

Mempelajari hakikat dan tujuan syariat berqurban di hari raya Idhul Adha harus merujuk pada sejarah awal mula syariat ini, yaitu peristiwa Ibrahim dan Ismail yang diksahkan dalam Alquran surat al-Shaffat ayat 100-113.

Dikisahkan bahwa Ibrahim dan istrinya siti Hajar lama sekali belum memiliki anak. Namun, pada usia Ibrahim mencapai tua, ibrahim dianugerahi anak yang diberi nama Ismail. Suatu peristiwa yang sangat mengejutkan, setelah Ismail mencapai usia yang beranjak remaja, Ibrahim melalui mimpi diperintah Allah untuk menyembelih Ismail.

Dengan komunikasi yang baik antara bapak dan anak yang diliputi dengan suasana batin yang penuh iman, maka perintah Allah untuk menyembelih Ismail diterima dan dilaksanakan.  Namun, tidak sampai pisau tajam itu menggores leher Ismail, Allah menggantinya dengan seokor kambing gibas.

Quraish Shihab dalam tafsirnya al-Mishbah, menghubungkan kisah mimpi Ibrahim menyembelih Ismail tersebut dengan tradisi pengorbanan manusia pada masa itu. Di Mesir, misalnya, gadis cantik dipersembahkan kepada dewa sungai nil. Di Kan`an Irak bayi dipersembahkan kepada Dewa Baal. Suku Astec di Meksiko mempersembahkan jantung dan darah manusia kepada dewa matahari.

Mimpi Ibrahim menyembelih Ismail yang kemudian diganti kambing menegaskan penolakan terhadap tradisi pengorbanan manusia untuk dipersembahkan pada Tuhan. Allah melarang manusia dijadikan persembahan, karena Allah Maha Pengasih kepada manusia. 

Ibrahim sebagaimana dituturkan dalam beberapa episode kisah Ibrahim dalam Alquran adalah pendobrak tradisi-tradisi yang diyakini dan diamalkan masyarakat masa itu.  Ibrahim dikenal berwatak rasional dan lurus yang disebut hanif.

Pada surat al-Anbiya` 58-65, disebutkan bahwa Ibrahim menghancurkan berhala-berhala yang disembah masyarakat saat itu dan menyisakan satu berhala besar dengan dikalungi kapak yang digunakan menghancurkan berhala lainnya.

Ketika ditanyakan siapa yang menghancurkan berhala-berhala tersebut. Ibrahim menyatakan, silakan ditanyakan pada berhala yang besar yang ada kapaknya. Bagaimana berhala yang berasal dari batu bisa ditanya? Kalau tidak bisa ditanya dan menjawab pertanyaan, bagaimana ia bisa dijadikan Tuhan?.

Dalam surat al-An`am ayat 75-79, Ibrahim juga mendobrak keyakinan masyarakat yang menyembah tata surya, matahari, bulan dan bintang. Bagaimana matahari yang kadang terbit dan kadang tenggelam bisa dijadikan Tuhan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement