Jumat 17 Jul 2020 04:40 WIB

Sejalan dengan Sains, Helena Mantapkan Hati Memeluk Islam

Sebelumnya, Helena selalu menganggap agama bertentangan dengan sains.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Sejalan dengan Sains, Helena Mantapkan Hati Memeluk Islam. Ilustrasi Mualaf
Foto:

Merasa penasaran, Helena mulai bertanya dan membaca buku-buku. Ia juga bersosialisasi dengan orang Muslim.

Sebelumnya, ia tidak pernah memiliki teman dari negara lain dan apalagi agama lain. Semua orang yang dia kenal adalah orang Swedia. 

Meski begitu, Helena mengungkapkan orang-orang Muslim yang ia temui adalah orang-orang yang luar biasa. Mereka secara terbuka menerima Helena dan tidak pernah memaksanya. Bahkan, diakuinya mereka lebih murah hati kepadanya ketimbang keluarganya sendiri.

"Islam tampaknya merupakan sistem kehidupan yang baik dan saya mengakui struktur dan stabilitas yang ada dalam Islam, tetapi saya tidak yakin itu untuk saya. Salah satu masalah saya adalah sains bertentangan dengan agama (setidaknya dari apa yang saya ketahui tentang agama Kristen)," ujarnya.

Helena lantas membaca buku berjudul The Bible, The Quran and Science oleh Maurice Bucaille. Semua pertanyaan ilmiahnya akhirnya terjawab. Ia merasa senang karena ternyata agama sejalan dengan ilmu pengetahuan modern. Akan tetapi, saat itu Islam masih belum benar-benar menyentuh hatinya.

Agama yang baru dipelajarinya itu semakin membuatnya penasaran. Helena terus memikirkan semua hal baru yang dipelajarinya. Seiring waktu, hatinya melembut dan ia mencoba membayangkan kehidupan sebagai seorang Muslim.

Dalam pandangannya, ia melihat kehidupan yang rendah hati dan penuh dengan kejujuran, kedermawanan, ketenangan, kedamaian, rasa penghargaan dan kebaikan. Yang paling penting, ia melihat sebuah kehidupan yang bermakna. Helena menyadari manusia pada dasarnya kecil dan ada Tuhan yang Mahakuat.

"Saya tahu saya harus melepaskan ego saya dan merendahkan diri di hadapan sesuatu yang jauh lebih kuat daripada diri saya sendiri," ujarnya.

Helena mengungkapkan, ia dihadapkan pada dua kali pertanyaan tentang apa yang membuatnya sulit menjadi Muslim. Awalnya, ia panik dan tidak bisa memberikan jawaban. Namun di lain waktu, ia mencoba memikirkan sejumlah alasan.

 

"Namun tidak ada satu pun alasan, sehingga saya akhirnya mengucapkan syahadat, Alhamdulillah," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement