Jumat 17 Jul 2020 04:40 WIB

Sejalan dengan Sains, Helena Mantapkan Hati Memeluk Islam

Sebelumnya, Helena selalu menganggap agama bertentangan dengan sains.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Sejalan dengan Sains, Helena Mantapkan Hati Memeluk Islam. Ilustrasi Mualaf
Foto:

Helena mulai berpikir tentang arti hidup saat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Ia mengaku merasa kesulitan menerima agama apa pun lantaran semua perang dan masalah terkait dengan agama.

Karena itulah, ia membuat filosofinya sendiri. Helena yakin suatu bentuk kekuatan menciptakan segalanya. Akan tetapi, saat itu ia tidak dapat mengatakan itu adalah Tuhan.

Baginya kala itu, Tuhan adalah gambaran Kristen tentang seorang lelaki tua dengan janggut putih panjang. Namun, ia tahu seorang lelaki tua tidak mungkin menciptakan alam semesta.

Helena juga percaya pada kehidupan setelah kematian. Namun, ia tidak meyakini keadilan akan ditegakkan. Helena juga percaya bahwa segala sesuatu terjadi karena suatu alasan.

"Karena latar belakang dan sekolah saya, saya tertipu untuk mempercayai teori Darwin, karena itu diajarkan sebagai fakta. Semakin saya memikirkan arti hidup, saya menjadi semakin tertekan, dan saya merasa hidup ini seperti penjara. Saya kehilangan sebagian besar gairah saya untuk hidup," ujarnya.

Ketika di sekolah, ia mengaku tertarik dan mengetahui banyak tentang agama Budha dan Hindu. Mereka mempelajarinya secara rinci tentang cara berpikir dan beribadah agama tersebut. Kala itu, Helena tidak mengetahui apa-apa tentang Islam.

Namun, ia ingat di buku pelajaran agama di sekolah menengahnya menunjukkan bagaimana umat Islam beribadah. Tetapi saat itu ia tidak mempelajari agama Islam. 

Helena justru disuapi dengan semua propaganda melalui media massa dan diyakinkan semua pria Muslim menekan istri mereka dan memukul anak-anak mereka. Kala itu, ia berpikiran Muslim itu kasar dan tidak ragu membunuh.

Di tahun terakhir kuliahnya, ia memiliki hasrat besar terhadap sains dan bersiap memasuki dunia kerja. Saat itu, karier internasional atau setidaknya beberapa pengalaman internasional dibutuhkan untuk memperbaiki bahasa Inggrisnya. Ia sekaligus ingin mengambil manfaat lebih dari rekan kerja lainnya.

Helena tiba di Boston, Amerika Serikat, dan dihadapkan dengan empat Muslim. Saat itu, ia tidak mengetahui siapa Muhammad dan tidak pula tahu Allah adalah tuhan yang sama dengan 'Tuhan'. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement