REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan pada Jumat (10/7) telah menetapkan secara resmi Hagia Sophia sebagai masjid. Erdogan mengatakan, meski telah menjadi masjid, pintu Hagia Sophia akan tetap terbuka bagi siapa pun termasuk orang asing dan non Muslim.
Erdogan mengatakan, Hagia Sophia akan terus merangkul semua orang dengan status barunya sebagai masjid. Dia meminta semua pihak menghormati keputusan yang diambil oleh pengadilan terkait perubahan status Hagia Sophia.
"Saya meminta semua orang untuk menghormati keputusan yang diambil oleh badan pengadilan dan eksekutif Turki mengenai status Hagia Sophia," ujar Erdogan.
Erdogan menambahkan, saat ini semua orang dari berbagai kalangan dan agama dapat mengunjungi Hagia Sophia tanpa harus membayar tiket. Dia menegaskan, perubahan status Hagia Sophia tidak akan menghapus warisan budaya umat manusia.
"Saya menggarisbawahi bahwa kita akan membuka Hagia Sophia sebagai masjid dengan melestarikan warisan budaya bersama umat manusia," kata Erdogan.
Erdogan menambahkan, umat Islam, Kristen, dan Yahudi hidup dalam damai di Istanbul sejak penaklukannya. Selain itu, seluruh warga Turki juga menghormati tempat-tempat ibadah non Muslim.
Sementara, banyak artefak Utsmani di Eropa Timur dan Balkan telah menghilang secara bertahap. Menurut Erdogan, kebangkitan Hagia Sophia adalah pertanda pembebasan Masjid al-Aqsa dan menghapus seluruh penderitaan umat Muslim.
Pengadilan Turki membatalkan dekrit Kabinet 1934, yang mengubah Hagia Sophia di Istanbul menjadi museum. Langkah ini membuka jalan bagi Hagia Sophia agar digunakan kembali sebagai masjid setelah 85 tahun.
Hagia Sophia digunakan sebagai gereja selama berabad-abad di bawah pemerintahan Kekaisaran Bizantium. Kemudian bangunan itu berubah menjadi masjid setelah penaklukannya atas Istanbul pada tahun 1453. Pada 1935, Hagia Sophia diubah menjadi museum.