Semua pengalaman dan kesempatan yang ia dapatkan, mengarahkan Huda Dodge semakin yakin jika semua hal di dunia ini berharga. Ada dua hal yang memancing keingintahuannya, yakni iman kepada Tuhan dan berinteraksi dengan dunia luar.
Berlanjut saat kuliah di Portland, ia memilih bergabung dengan dua kegiatan, yakni "Campus Crusade for Christ" dan "Kelompok Tutur". Kelompok ini seperti kelas bahasa yang berisikan orang Amerika dan beberapa mahasiswa Internasional.
Bersama beberapa anggota Campus Crusade for Christ, setiap minggu mereka pergi ke gereja yang berbeda di Portland. Tak jarang, ia menemukan hal-hal unik dari kunjungannya ke gereja-gereja ini. Hingga akhirnya, ia menemukan gereja yang membuatnya merasa aneh dan berhenti ikut kegiatan itu.
"Di gereja itu, ada sebuah band rock dengan gitar elektrik. Jamaat yang ada menutup mata sambil mengangkat tangan, sembari menyanyikan 'Hallelujah'. Aku merasa terganggu," kata dia.
Ia merasa kondisi di sana jauh dari kata memuja atau menyembah Tuhan. Ia juga tidak merasa nyaman sehingga memilih tidak kembali ke gereja itu, meski teman-temannya yang lain tetap berangkat. Bagi Huda Dodge, ia bisa dekat dengan Tuhan saat berada di tempat yang sepi atau saat di luar ruangan.
Seiring dengan itu, di Kelompok Tutur, ia bertemu dengan beragam mahasiswa internasional. Salah satunya seorang pria Palestina, Faris. Percakapan Faris tentang kehidupan, keluarga, maupun agamanya tertanam di kepala Huda Dodge untuk waktu yang lama.
Saat bertemu dengan Muslim lain sebelumnya, ia merasa tak perlu mempelajari karena ada batasan budaya. Huda Dodge merasa asing dengan Islam. Namun, sejak bertemu dengan Faris dan mendalami Islam, ia menjadi semakin tertarik sebagai kemungkinan untuk hidupnya sendiri.
Di tahun kedua masa perkuliahan, Kelompok Tutur ini bubar. Namun, rasa penasarannya akan Islam tetap bertahan dan mengarahkannya bergabung dengan kelas departemen studi agama, pengantar Islam. Kelas ini membawanya pada semua pertanyaan yang sempat ia rasakan ketika awal menjadi orang Kristen. Semakin ia mengenal Islam, semakin banyak pertanyaan yang ia pendam terjawab.
"Aku seperti menemukan pengajaran yang dapat menjawab pertanyaanku dari perspektif yang lebih baik. Jawaban-jawaban ini bisa diterima oleh hati dan akal saya," ujar Huda Dodge.
Dari pertemuan-pertemuan itu, ia menemukan jika Allah SWT adalah juri yang sempurna dan adil. Allah akan memberikan hukuman dan pahala berdasarkan iman dan kebajikan yang dimiliki seseorang.