REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia telah menyelamatkan 99 orang migran etnis Rohingya yang memasuki perairan Aceh Utara, Rabu (24/6). Sejumlah lembaga-lembaga kemanusiaan juga telah diterjunkan untuk membantu para pengungsi. Direktur Utama Dompet Dhuafa, Imam Rulyawan mengatakan, peristiwa terdamparnya 99 warga Rohingya di Pantai Seunuddon, Aceh Utara perlu lebih direspons. Menurut Imam, sebagai saudara seagama, Muslim Indonesia perlu bersinergi menggulirkan bantuan untuk mereka.
“Sebagai lembaga kemanusiaan yang merespons hal tersebut, Dompet Dhuafa Cabang Aceh turut sinergi menggulirkan bantuan. Bersama aparat setempat, tim Dompet Dhuafa Aceh berangkat menuju Aceh Utara untuk melakukan tanggap darurat sejak Kamis (25/6) malam,” ujar Imam kepada Republika, Senin (29/6).
Dompet Dhuafa Aceh, kata Imam, sejak Kamis malam telah melakukan assessment, dan advokasi dengan Pemda dan lembaga terkait. Dompet Dhuafa Aceh juga telah memberikan bantuan kesehatan darurat bersama tim Medis dan Nakes di lokasi, terutama lansia, wanita, juga anak-anak.
“Selain itu, kami pun mendirikan Pos Hangat untuk mereka,” tambah Imam.
Imam mengatakan, Dompet Dhuafa saat ini tengah merumuskan program lanjutan untuk menangani para penyintas lintas negara ini. Dia juga meminta partisipasi seluruh masyarakat untuk mendukung Tim Respon Kesehatan DD, salam menyediakan makanan bergizi dan pendampingan kesehatan bagi mereka di tengah kamp pengungsian.
“Disamping usaha tersebut, kami pun terus melakukan koordinasi dengan Pemda dan Lembaga-lembaga terkait untuk mencari penyelesaian kasus penyintas lintas negara ini,” pungkas Imam.
Sementara itu, para pengungsi masih berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Saat ini, mereka masih ditampung di bekas Kantor Imigrasi Lhoksemauwe, Aceh dan masih tidur dengan beralaskan tikar sebab bantuan kasur belum tiba.
"Kondisinya mulai membaik, hanya ya masih ada kendala kesehatan kulit dan pencernaan. Karena terlalu lama dalam kapal, dan tidak teratur makan. Mereka masih terpaksa tidur di atas tikar dan lantai, menunggu bantuan kasur," ujar Direktur Yayasan Geutanyoe, yang berbasis di Aceh, Rima Shah Putra kepada Republika, Ahad.