Rabu 24 Jun 2020 07:00 WIB

Intelektual Muslim Indonesia Khawatirkan Islamofobia Eropa

Islamofobia di Eropa dan AS makin menguat.

Intelektual Muslim Indonesia Khawatirkan Islamofobia Eropa. Keluarga imigran Muslim di Jerman
Foto:

Cendekiawan Muslim, Hamid Fahmy Zarkasyi, yang juga menjabat wakil rektor Universitas Darussalam, Gontor Ponorogo, Jawa Timur, mengatakan, Islamofobia di Eropa dan negara Barat lain disebabkan oleh gambaran yang sering dimunculkan oleh media, terutama media-media Barat. "Wajah Islam yang sering ditampilkan adalah Islam yang penuh kekerasan dan terorisme," ujar dia.

"Padahal, tidak terbukti Islam adalah ajaran yang melahirkan aksi kekerasan tersebut."

Orang-orang di tingkat elite global saat ini, termasuk Obama, sudah lebih memahami Islam. Namun, terkadang suaranya tidak terdengar karena bias media Barat. Di komunitas agama sebenarnya telah terjadi sikap saling memahmi.

Sudah ada pemakluman bahwa orang Islam itu harus sholat, pergi haji, dan seterusnya. “Jadi, secara teologis tidak ada masalah sebenarnya. Masalahnya ada pada komunitas di luar komunitas beragama. Jadi, mereka tidak memahami bagaimana itu Islam,” ujar dia.

Menurut dia, Barat saat ini membutuhkan sikap pluralisme lebih besar daripada Indonesia. “Indonesia sudah sejak sejak lama memiliki sikap saling memahami dengan baik,” ujar dia kepada Anadolu Agency.  

photo
Muslimah di Belanda. - (Rnw.l/c)

Perlu dialog

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Ali Munhanif mengatakan, Islamofobia dalam jangka pendek adalah manifestasi globalisasi. Dunia Barat, khususnya Amerika Serikat dan Uni Eropa, menurut Munhanif, ternyata tidak siap dengan globalisasi yang diiringi dengan migrasi para profesional dan tenaga kerja.

“Globalisasi membutuhkan kesediaan menerima pengalaman baru, yang tidak ada preseden sebelumnya. Ironisnya ketidaksiapan ini terjadi di dunia Barat,“ ujar dia.

Menurut dia, Islamofobia juga muncul karena problem identitas, setelah pertentangan sosialisme dan kapitalisme rampung. “Karena ketiadaan dialog dan saling mengenal, problem identitas ini melahirkan kekerasan terhadap komunitas dan etnis serta agama lain sehingga muncul yang disebut Islamofobia,” ujar dia. 

Dunia Barat, menurut Munhanif, sebenarnya sudah mengenal budaya-budaya lain termasuk Islam melalui kolonialisme. Namun, generasi yang belakangan lahir tidak mengenal budaya selain milik mereka sendiri, termasuk budaya baru seperti Islam, sehingga mereka memiliki prasangka.

“Islam dan budayanya dianggap sebagai ancaman bagi modernitas yang mereka jalani,” ujar dia.

Menurut Munhanif, untuk mengatasi masalah ini, dialog antarkelompok agama harus terus dilakukan. Indonesia telah memulai lebih dahulu pada 1970-an, sebelum negara-negara Barat melakukannya. 

“Dialog agama bersifat jangka panjang dan perlu terus dilakukan di Barat maupun di Indonesia untuk menghilangkan Islamofobia,” ujar dia.

https://www.aa.com.tr/id/berita-analisis/analisis-islamofobia-semakin-menguat-di-eropa-/1885605

 

sumber : Anadolu Agency
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement