Senin 15 Jun 2020 10:48 WIB
Islam

Islam dan Rasisme: Dari Bilal Hingga Christopher Columbus

Kisah perlawanan rasisme di awal ajaran Islam hingga robohnya patung Colombus

Patung Christopher Columbus di Boston yang kepalanya dipenggal.
Foto:

Perlawanan terhadap diskriminasi ras dan perbudakan itulah sebagai peninggalan abadi ajaran Islam. Bahkan ayat Alquran yang terkait anti rasisme kini ditempel di salah satu ruangan perputakaan Universitas Havard di Amerika. Universitas ini terkesan dengan ayat Alquran yang mengajarkan persamaan manusia.

Adanya ayat ini, di Amerika memang menjadi sebuah keharusan. Di zaman lalu ada kasus perbudakaan dan rasialisme kepada kaum kulit hitam di Amerika. Mereka dipanggil dengan sebutan pejoratif dengan sebutan 'negro'. Kata negro yang sebenarnya kata biasa karena artinya hitam, telah menjadi simbol penghinaan kaum kulit putih untuk menyebut orang hitam sebagai budak yang miskin, bodoh, terbelakang, serta pantas dijajah.

Maka bila pada tahun 1960-an muncul gerakan anti rasialisme kaum hitam dengan salah satu tokohnya semacam Luis Farakhan hingga Muhammad Ali menjadi sangat masuk akal. Apalagi semua tahu bila kaum wanita di Amerika Serikat sebenarnya belum terlalu lama mempunyai kemerdekaan penuh atau setara dengan kaum lelaki, yakni baru pada  beberapa dekade di awal abad 20 M mereka bisa ikut memberikan suara di ajang Pemilu.

Alhasil, menjadi masuk akal bila kini terjadi kerusuhan masif di Amerika atas kasus kematian seorang warganya yang berkulit hitam, George Floyd. Bahkan rakyat di sana telah berhasil merontokkan simbol rasis warisan gelap perbudakan Amerika. Salah satunya adalah menurukan patung pengelana Portugis yang kadung dianggap sebagai penemu benua Amerika. Mereka menyakan justru patung ini menjadi simbol era kolonialisme, rasisme, dan perbudakan.

Patubf Raja Leopokd II dirusak dan dirobohkan di Belgina

  • Keterangan foto: Patung Raja Leopold II di Belgia dirusak dan dirobohkan karena dipandang sebagai lambang rasialisme, genosida, perbundakan di Kongo.

Bahkan, media terkemuka AS, CNN, melaporkan telah ada tiga laporan tentang patung-patung Christopher Columbus dirusak - satu dilemparkan ke danau, satu dipenggal, dan satu lagi robohkan serta digeret-geret di tanah.

"Kita berkumpul di Byrd Park untuk memprotes monumen rasis. Christopher Columbus adalah seorang pembunuh orang Pribumi, mengarusutamakan budaya genosida terhadap orang Pribumi yang masih kita lihat sampai sekarang. Buka seluruh kata bijak, drum, gaun jingle. Buka topengmu!,'' teriak seorang demontran. Aksi ini dimulai dengan damai, tetapi kemudian pengunjuk rasa merusak patung Columbus, merobohkannya, dan melemparkannya ke sebuah danau di taman.

Sementara itu, di Boston, para pejabat memindahkan patung Columbus yang terletak di kawasan North End. Patung ini dipindakah setelah bagian kepalanya dipenggal pada Selasa malam lalu. Dan usaha penghancuran ini bukan untuk kali pertama karena patung yang didirikan pada 1979, sebelumnya telah dirusak pada 2015. Kala itu ketika disiram dengan cat merah dan tulisan "Black Lives Matter" dilukis dengan semprotan di bagian belakang. Setelah dipindahkan hingga kini tidak jelas apakan patung ini akan dikembalikan kembali.

Tak hanya itu di kawasan Eropa kini terdapat aksi yang sama. Di Belgia patung Raja Leopold II yang dianggap menjadi biang kematian penduduk Kongo hingga setengahnya juga telah dihancurkan. Para pengunjuk rasa mengakan raja itu harus bertanggungjawab atas kasus pembunuhan massal kala Kongo menjadi menjadi jajahan Belgia.

Di London pun sama. Patung yang beberapa tokoh seperti George Colston Robert Milligan, yang berdiri di pusat kota juga dirobukan para demonstran anti rasisme. Tak hanya merobohlan mereka bahkan memasukkan patung itu ke dalam sungai karena dianggap sebagai pedagang budak. Wali Kota Lodon yang Muslim, Sadiq Khan, menyatakan akan meninjau kembali soal patung-patung yang telah dirobohan itu.

BG Statuen Proteste weltweit gegen Rassismus und Kolonialismus Bristol Edward Colston

  • Keterangan foto: Demonstran di London merobohkan dan memasukan ke sungai patung tokoh yang diangggap sebagai pedagang budak.

Akhirnya, semenjak zaman awal ajaran Islam dalam kasus Bilal al-Habsyi hingga  kini soal-soal diskriminasi warna kulit, perbudakaan, penjajahan ternayata tetap berlangsung. Kata persamaan dan keadilan masih tetap menjadi barang yang harus diperjuangkan secara keras.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement