REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Dewan Agama Islam Singapura (MUIS) mengatakan tidak ada hewan ternak yang akan diimpor ke Singapura untuk tujuan ritual tahunan kurban tahun ini karena wabah Covid-19, Senin (8/6). MUIS dalam rilisnya mengatakan wabah itu membuat proses mengimpor ternak dan mengatur ritual kurban di masjid-masjid 'menantang' tahun ini.
"Ini terutama mengingat situasinya mungkin tidak pasti selama dua bulan ke depan, dan proses impor ternak, mendistribusikan ternak ke masjid-masjid dan mengorganisir ritual penyembelihan di masjid membutuhkan perencanaan dan pelaksanaan yang cermat dan maju," kata MUIS, dilansir di Channel News Asia, Senin.
Sebagai gantinya, masjid di Singapura akan memfasilitasi pengaturan untuk Muslim yang ingin melakukan kurban di Australia. Daging akan didinginkan dan dikirim ke Singapura setelahnya.
Masjid akan menunjuk vendor yang harus memastikan kepatuhan penuh terhadap semua persyaratan peraturan untuk impor produk daging yang ditetapkan oleh Badan Makanan Singapura (SFA). Praktik mendistribusikan sebagian daging kepada keluarga berpenghasilan rendah dalam komunitas akan berlanjut.
"Pengaturan ini akan memungkinkan komunitas Muslim kami tetap memenuhi ritual penting ini, yang merupakan bagian penting dari (Hari Raya) Idul Adha," kata MUIS.
Wakil Mufti Ustaz Mohd Murat Md Aris mengatakan hal pentingnya di balik praktik kurban adalah esensinya. "Melindungi komunitas yang lebih besar dari bahaya, dalam konteks saat ini, adalah salah satu tanggung jawab dan pengorbanan terbesar yang mungkin dilakukan seorang Muslim," kata MUIS.
Hal ini menurutnya, sesuai dan sejalan dengan semangat kurban bahwa meski dimodifikasi, namun tidak mengorbankan esensinya. "Masjid akan terus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan kurban yang aman, termasuk distribusi daging setelah periode tasyrik," katanya.
Perincian lebih lanjut untuk pendaftaran kurban akan dirilis pada akhir Juni.