REPUBLIKA.CO.ID, BAYAN-ÖLGII -- Ratusan paket bertumpuk di salah satu bangunan di Provinsi Bayan-Ölgii, Mongolia. Di dalamnya tersedia berbagai bahan makanan pokok dan sembako.
Paket-paket tersebut ikut menggembirakan suasana Lebaran beberapa keluarga di Provinsi Bayan-Ölgii pada Sabtu (23/5) dan Ahad (24/5) lalu. Sekitar 242 keluarga menjadi penerima manfaat dari hadirnya program yang bersumber dari zakat mal warga Indonesia ini.
Para penerima manfaat adalah warga Muslim prasejahtera yang harus merayakan Lebaran di tengah kesulitan akibat pandemi seperti sekarang ini. Negara tersebut memberlakukan karantina ketat.
"Kita tahu dalam kondisi pandemi ini semuanya serba sulit. Oleh karenanya kita ingin membantu masyarakat di Bayan-Ölgii yang terdampak kesulitan tersebut. Kita menghadirkan paket-paket sembako untuk mereka agar bisa ikut menikmati hangatnya Idul Fitri tahun ini,” ujar Tim Global Humanity Response (GHR) – ACT, Firdaus Guritno, dikutip dari laman resmi ACT, Jumat (29/5).
Dengan hadirnya paket-paket bantuan ini, Firdaus berterima kasih kepada para dermawan yang telah mengamanahkan kepeduliannya. Ia berharap bantuan paket ini dapat menghibur hari raya mereka.
Mongolia, yang terletak di antara Rusia dan China, menjadi salah satu negara pertama di dunia yang menutup perbatasan saat wabah virus corona mulai menyebar. Perbatasan Mongolia diketahui ditutup sejak 12 Maret lalu.
Universitas, sekolah, dan TK di Mongolia masih akan ditutup sampai bulan September mendatang. Konferensi dan unjuk rasa dilarang, sementara anak-anak berusia di bawah 12 tahun tidak diperbolehkan mengunjungi mal atau restoran. Setiap orang yang beraktivitas di luar rumah juga diwajibkan memakai masker.
"Negara ini akan mempertahankan aturan karantina hingga vaksin (virus corona) tersedia," ujar Perdana Menteri (PM) Mongolia, Kurelsukh Ukhnaa, kepada wartawan setempat.
Karantina juga menghadirkan masalah baru dari segi ekonomi. Seperti diungkap oleh The National, pusat pengujian dan karantina Covid-19 telah didirikan di Ölgii dan sejauh ini semua hasilnya negatif.
Tetapi selama dua dekade terakhir, warga mengalihkan mata pencaharian mereka untuk fokus pada industri pariwisata negara yang berkembang pesat. Beberapa orang Kazakh memasukkan semua sumber dayanya ke dalam ekonomi yang sekarang terhenti.
Setiap tahun, Festival Elang akan membawa sekitar 6.000 wisatawan ke provinsi pegunungan. Tanpa usaha ini, banyak orang Kazakh di Mongolia bertanya-tanya bagaimana mereka akan memberi makan keluarga mereka.