REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sudah menjadi kebiasaan di Indonesia jika Idul Fitri dijadikan momentum untuk bersilaturahim dan saling bermaaf-maafan. Baik kepada keluarga atau kepada kerabat. Menurut Ustadz Abdul Somad (UAS), bermaaf-maafan tidak perlu menunggu Idul Fitri. Ia berkata, melakukan permintaan maaf lahir dan batin merupakan tradisi di Indonesia. Di negara lain UAS tidak melihat adanya bermaaf-maafan saya selesainya Sholat Id.
“Tetapi itu baik, bukan bid’ah," kata UAS saat terlibat bincang santai dengan KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) dalam Bincang Ramadhan, Selasa (21/5).
"Jadi," kata UAS melanjutkan, "ketika saat ini kita tidak bertemu (untuk melakukan maaf-maafan) kita hanya sekedar meninggalkan tradisi bukan meninggalkan syariah."
Sebaiknya setelah melakukan salat Id, masyarakat bisa mengucapkan hal ini menurut UAS. “Semoga Allah menerima amal soleh kamu dan amal soleh saya. Amal soleh taraweh, puasa, dzikir, itikaf, solat nah itu semua di Ramadhan kemarin,” jelasnya.
Menurut UAS mengucapkan Minal 'Aidin wal-Faizin bukan sesuatu yang dilarang. “Ucapan Minal 'Aidin wal-Faizin ini jangan di bid’ah kan. Karena itu diambil dari hadist dan ayat Alquran baik, itu doa,”jelasnya.
Aa Gym berkata, jika ada orang yang mengucapkan Minal 'Aidin wal-Faizin, tak perlu ada kotor di hati. Aa Gym juga memberi pesan agar masyarakat bisa memanfaatkan sisa waktu puasa sebaik-baiknya, tidak mempermasalahkan sholat Id di masjid atau tidak dan mengikuti fatwa MUI dengan Sholat Id di rumah.