Kamis 30 Apr 2020 10:50 WIB
Islam

HJ De Graaf, SH Mintardja: Runtuhnya Kerajaan Islam Demak

Kisah runtuhnya kerajaan Demak.

Peta kuno Demak dalam arsip Belanda.
Foto: wikipedia
Masjid Demak

Lalu bagaimana soal runtuhnya kerajaan Islam Demak  versi sejarawan DR HJ De Graaf. Kalangan peneliti sejarah pasti tahu bahwa sosok ini bukan main-main atau sangat penting dalam penulisan sejarah, khusunya sejarah Jawa.

Bagi sejarawan UI, DR Didik Pradjoko, menyebut peran De Graaf sangat luar biasa.’’Berkat jasa dari penelitiannya sejarah Jawa menjadi sangat jelas terliha. Istilahnya, terang benderang.”

Demak. Plan van de nieuwe geprojecteerde Pagger tot Damacq.

           Keterangan foto: Peta kota Demak dalam arsip Belanda (kredir foto:gahetna.nl)

Dalam buku karya De Graaf yang bertajuk ‘Awal Kebangkitan Mataram’ yang baru diterbitkan kembali oleh ‘Penerbit Mata Bangsa’ Yogyakarta kisah runtuhnya kerajaan Mataram seperti ini:

Menurut De Graaf, baik dalam ‘Babad Tanah Djawi’ dan ‘Serat Kanda’ berita tentang tentang tidak ada yang bisa dianggap penting. Hanya ‘Di Babad Sangkala’ yang memberitakannya soal runtuhnya kerajaan yang terjadi sekira tahun 1510: “Rusake nagri Demak salungane Dipati tilar praja, angambang ing sagara”.

Jadi di situ diceritakan kepergian Dipati (Demak) melalui laut. Untuk tahun itu juga Babad Momana mengisahkan yang singkat dan tegas: sirna kitha Demak, sareng Dipati Demak dipun Bucal: Kota Demak hilang dan Adipati Demak dibuang. Raffles menulis: Pada tahun 1510 (tahun Jawa) atau 1588 (tahun Masehi), Demak hancur ketia para pemimpin dan rakyat naik kapal dan berlayar. Hanya sejarawan Hagemen (disebut De Graaf jarang tanpa salah), menentukan peristiwa ini terjad pada tahun 1590 M.

Maka, bila tahun itu 1588 M benar, maka hancurnya Demak terjadi agak lebih cepat setelah adanya petualangan Raja Demak  ke Pajang. Ini karena bagaimanapun penghancuran Demak terjadi paling sedikit beberapa tahun sebelum ketangan orang Belanda, yakni pada tahun 1596 M.

Dalam catatan Belanda diberitakan:”Dauma merupakan sebuah kota dengan tembok yang sangat kuat. Di sana kaisar tersebut (yaitu dari Mataram) masih dipandang sebagai raja.” Jadi seorang raja Demak yang merdeka sudah lama tak didengar lagi: oramg Mataram, yang ketika itu tampak mengalami kemunduran sebentar, masih berkuasa di sana, mungkin malah sejah beberapa tahun sebelumnya.

Di antara mereka yang harus melarikan dii dari Demak ada seseorang yang bernama Pangeran Mas, yang pada 1 Juli 1596 M muncul di Banten. Orang Portugis menamakan Raja D’auma (Raja Demak), sehingga bagaimanapun seharusnya termasuk Dinasti demak. Menurut ‘Sedjarah Banten’ ia  adalah anggota keluarga Sultan Demak.

Sebelum tiba di Banten ia mengunjungi banyak daerah. Orang Portugis bahkan memandangnya ia sebagai kaisar, karena ayahnya memerintah atas kebanyakan raja di Jawa. Jadi, mungkin ini salah seorang putra Tranggana, mungkin juga putra Adipati Demak. Kemungkinan bahwa dia adalah putra Adipati Demak dianggap yang paling benar.

Karena ia pernah tinggal di Malaka, jajahan Portugis, dan ia berbaik hati kepada orang Portugis, maka raja-raja Jawa tak mau lagi mengakuinya. Walaupun demikian, di mana-mana dia masih diterima dengan baik dan terhormat, dan raja-raja pun bila berbicara dengannya selalu dengan sikap hormat. Dengan ditemani dua orang putranya (seorang di antaranya berusia 20 tahun), mengunjungi kapal-kapal Belanda yang dipimpin oleh Houtman dan De Keyzer.

Orang Inggris juga mengenalnya. Residen Scot di Banten  menamakannya ‘Kaisar di Demak’ dan bercerita bahwa sewaktu berlayar di Bantam ke suatu kota di pantai yang lain, pada bulan Noveber 1604 M ia dibunuh dengan keris oleh salah seorang putranya di tempat tidur. Konon karena tidak lama sebelumnya, karena kelalimannya, ia diturunkan oleh raja-raja di sekelilingnya (Ini menurut penelitian sejarawan Husein Djajadiningrat).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement