Rabu 01 Apr 2020 03:45 WIB

Kesalehan Sosial Saat Wabah Covid-19

Salah satu bentuk kesalehan sosial saat wabah Covid-19 adalah physical distancing.

Pengendara melintas di jalan Ahmad Yani, Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (28/3/2020). Polresta Sidoarjo memberlakukan kawasan tertib physical distancing.
Foto:

Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mengatakan WHO telah menuntut setiap warga dunia untuk melakukan social distancing dan physical distancing. Hal itu, kata Buya Anwar, penting dilakukan di era wabah Covid-19 meski berbenturan dengan ajaran agama soal anjuran mendirikan shalat secara berjamaah.

Dalam keadaan darurat seperti saat ini, lanjut dia, shalat berjamaah sangat rentan menjadi media penularan virus corona baru penyebab Covid-19. Bahkan MUI juga sudah mengeluarkan fatwa Nomor 14 Tahun 2020, yang salah satunya berisi meniadakan shalat Jumat dalam keadaan darurat corona.

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu mengatakan dalam kaidah fikih, mengutamakan keselamatan umum lebih utama daripada mencari manfaat dari sesuatu.

Dalam hal ini umat Islam tidak hanya dituntut berbuat baik dan terbaik bagi diri kita sebagai kesalehan individual, tapi juga untuk berbuat baik dan terbaik bagi orang lain yaitu kesalehan sosial.

Salah satu cara tersebut, kata dia, jangan sampai keberadaan kita membuat orang lain jadi terkena penyakit.

"Untuk itu, agar semua kita selamat dan terhindar dari virus ini mari mengendalikan diri masing-masing untuk melakukan 'physical distancing' dengan berdiam di rumah dan tidak pergi ke tempat-tempat ramai. Dalam kaidah fikihnya 'la dharara wala dhirara'. Kita tidak boleh mencelakakan orang dan kita juga tidak boleh dibuat celaka oleh orang," kata dia.

Hal yang tidak kalah penting dilakukan, kata dia, adalah setiap pihak agar saling bekerja sama tidak saling menyalahkan satu sama lain sehingga dapat segera melewatkan badai wabah Covid-19.

Anwar mengatakan tidak hanya masyarakat yang mengalami pukulan karena Covid-19 tapi juga tenaga medis yang mulai kewalahan.

"Tidak hanya pasien dan keluarganya yang menjerit. Para dokter dan tenaga medispun juga sudah nyaris tidak berdaya karena kehabisan tenaga sebab jumlah pasien terus bertambah dan mengalir sementara jumlah mereka tetap sama. Untuk itu, mari kita rapatkan barisan, bersatu dan bergotong royong untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi agar kehidupan normal kembali," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement