Senin 23 Mar 2020 20:03 WIB

PBNU Siapkan 23 Rumah Sakit Bantu Tangani Pasien Corona

PBNU juga melakukan langkah pencegahan melalui pembentukan Satgas NU Peduli Covid-19.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Fakhruddin
Tim satuan tugas (Satgas) PBNU Cegah Covid-19 menggelar acara bertajuk Gerakan Cegah Covid-19 NU di Gedung PBNU, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Jumat (13/3).
Foto: Republika/Muhyiddin
Tim satuan tugas (Satgas) PBNU Cegah Covid-19 menggelar acara bertajuk Gerakan Cegah Covid-19 NU di Gedung PBNU, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Jumat (13/3).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) PBNU, M Ali Yusuf, menyatakan PBNU menyiapkan 23 rumah sakit (RS) untuk membantu penanganan pasien terkait virus corona jenis baru atau covid-19. Dia mengatakan, ada dua tipe RS yang disiapkan.

"RS tipe pertama, untuk penanganan berat seperti rumah sakit rujukan yang ada ruang isolasi dan segala macamnya. Dan tipe kedua, yaitu RS yang hanya melayani pemeriksaan atau screening awal untuk kemudian dirujuk ke RS rujukan," tutur dia kepada Republika.co.id, Senin (23/3).

Ali menjelaskan, RS tipe pertama atau A berjumlah sembilan yang tersebar di berbagai wilayah khususnya di Jawa. Di antaranya, RSI Siti Hajar Sidoarjo, RSI Jemursari Surabaya, RSI Sakinah Mojokerto, RSNU Banyuwangi, RS A Yani Surabaya, RSI Unisma Malang, RSI Syuhada Haji Blitar, RSNU Tuban, dan RSNU Demak.

Adapun RS tipe B juga tersebar di banyak daerah. Antara lain, RS Ali Sibroh Malisi Jakarta Selatan, RSI Pati, RSU Islam Madinah Kasembon, RSNU Jombang, RS UNIPDU Medika Jombang, RSI Nashrul Ummah Lamongan, RSI Madinah Tulungagung, RSI Masyithoh Bangil Pasuruan, RSI Mabarrot NU Bungah Gresik, RS Mawaddah Medika Mojokerto, RSIA Muslimat Jombang, RSU Muslimat Ponorogo, RS Muna Anggita Bojonegoro, dan RSI Darus Syifa' Surabaya.

RS tipe A disiapkan untuk menangani pasien covid-19 dengan ruang isolasi khusus, sesuai ketentuan. Sedangkan RS tipe B disiapkan untuk penanganan awal pasien Covid-19 bagi kelompok gejala ringan-sedang. Juga, untuk membantu melakukan pengecekan Covid-19 dengan menggunakan rapid test.

"Sampai hari ini kami masih menunggu tes kit rapid test itu, mungkin pertengahan pekan ini. Kita juga minta dinas kesehatan untuk bisa memperoleh rapid test kit ini, sehingga kita bisa membantu mengurangi antrean panjang di tempat rujukan yang didistribusikan dinkes daerah masing-masing. Saya kira ini dalam proses pengurusan ya," katanya.

Ali menerangkan, fasilitas medis dan sebagainya di RS-RS tersebut sudah siap. Hanya saja, dia mengakui, masih ada kendala yakni pada pasokan alat pelindung diri (APD). Setok APD yang ada sekarang masih terbatas sehingga kemungkinan bisa kewalahan ketika jumlah pasien terkait Covid-19 yang ditangani mulai banyak.

"Karena ini kan sekali pakai dan harus dibuang. Nah yang dimiliki kami sangat terbatas. Ketika tidak ada APD dan perangkat yang dibutuhkan, tentu berbahaya juga untuk tenaga kesehatan, dokter, dan perawat medis. Maka kami melapor ke pemerintah, kami butuh support, salah satunya APD, karena ini sangat penting," ungkap dia.

Selain itu, Ali juga menyampaikan, PBNU juga melakukan langkah pencegahan melalui pembentukan Satgas NU Peduli Covid-19. Satgas ini terus berupaya meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang Covid-19. "Tujuannya agar masyarakat yang belum terinfeksi itu sudah bisa melakukan penanganan dengan karantina mandiri jika terinfeksi," ungkap dia.

Satgas tersebut, lanjut Ali, juga telah menyusun protokol baik untuk pribadi, sekolah maupun pesantren dan juga di transportasi publik. Hal ini diharapkan menjadi panduan bagi warga NU semua dalam beraktivitas sekaligus mengantisipasi wabah covid-19 ini.

"Ada sekitar 200 pesantren yang sudah membuat protokol dan melaksanakannya. Ada yang santrinya dipulangkan, ada juga yang santrinya untuk sementara tidak boleh dijenguk, istilahnya diisolasi," tutur dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement