Rabu 18 Mar 2020 10:12 WIB

Polisi Cuek, Muslim Delhi Putus Asa Mencari Keadilan

Polisi Delhi diam saja saat kios pengusaha Muslim dibakar.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Warga muslim meninggalkan lingkungan rumahnya yang mayoritas warga Hindu pascabentrok massa pendukung dan penentang UU Kewarganegaraan India berujung rusuh di New Delhi, India.(Rajat Gupta/EPA EFE)
Foto:

Beberapa waktu setelah kerusuhan, dugaan bias polisi makin meluas ke tuduhan menutup-nutupi untuk melindungi para perusuh Hindu. Yang termasuk di dalamnya adalah penolakan mengajukan atau menyelidiki pengaduan yang dibuat oleh korban Muslim.

Polisi Delhi hingga kini tidak menanggapi permintaan komentar. Sementara itu, Amit Shah memuji pekerjaan yang dilakukan oleh polisi Delhi dan mengatakan orang tidak harus mencari agama dalam kerusuhan.

Polisi mengeklaim mereka telah melakukan segala daya mereka untuk memulihkan hukum dan ketertiban. Namun, mereka yang ambil bagian dalam kerusuhan di pihak Hindu menceritakan kisah yang sangat berbeda.

Katalisator kerusuhan secara luas telah diakui Kapil Mishra, seorang pemimpin BJP. Pada 23 Februari lalu, ia mengeluarkan ultimatum publik yang menyatakan jika polisi tidak membersihkan jalan-jalan dari protes terhadap undang-undang kewarganegaraan baru yang dianggap anti-Muslim, para pendukungnya akan turun ke jalan.

Ravinder, seorang anak berusia 17 tahun yang bekerja di bisnis properti ayahnya dan merupakan bagian dari komunitas Gujjar dengan kasta lebih rendah di India, mengatakan, ia dan pemuda Hindu lainnya telah mendengar panggilan Mishra untuk bertindak terhadap komunitas Muslim. Mobilisasi dimulai 24 Februari pagi tanpa rasa takut akan pembalasan oleh polisi.

photo
Suasana duka warga muslim yang menjadi korban kerusuhan sektarian di New Delhi, Jumat (28/2). - (EPA-EFE/RAJAT GUPTA)

"Ada instruksi yang jelas tentang tindakan menangkap dan membunuh setiap Muslim yang bisa kami temui. Saya berada dalam kelompok sekitar 15 orang anak laki-laki," ujarnya.

Ia juga bercerita, banyak saudara dan senior mengatakan polisi tidak akan mengambil tindakan apa pun terhadap anggota komunitasnya. Mereka dapat menyerang orang-orang di pihak lain (Muslim) sesuka hati mereka.

Ravinder lantas menggambarkan bagaimana ia dan tujuh orang lainnya menangkap seorang pengemudi becak Muslim berusia 40-an. Mereka memukulinya dengan tongkat kayu dan batang logam sampai sekarat, kemudian melemparnya ke saluran pembuangan terbuka.

Sementara itu, polisi hanya berdiri. Dia juga mengatakan polisi menginstruksikan mereka menghancurkan kamera CCTV saat mereka melewati jalan-jalan.

"Beberapa polisi berdiri hanya beberapa meter jauhnya. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada kami. Mereka memalingkan muka dari kami. Kami mengerti polisi tidak akan campur tangan jika kami melakukan kekerasan terhadap setiap Muslim dan sebagian besar polisi selama ini mendukung kami," ujar Ravinder.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement