Senin 09 Mar 2020 21:52 WIB

PII Silaturahim ke Republika Bahas Isu Keumatan

Muktamar PII ke-31 di Ternate akan berlangsung 21-27 Maret 2020.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Muhammad Fakhruddin
Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia ketika berkunjung ke kantor Harian Republika, Jakarta, Senin (9/3).
Foto: Zainur Mahsir Ramadhan
Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia ketika berkunjung ke kantor Harian Republika, Jakarta, Senin (9/3).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) mengunjungi kantor Harian Republika, Senin (9/3). Dalam pelaksanaanya, bukan hanya silaturahim, namun kedua pihak juga membicarakan berbagai isu umat Muslim yang muncul di Indonesia, selain dari pembicaraan terkait Muktamar PII ke-31 di Ternate, yang akan berlangsung 21-27 Maret mendatang.

“Kita coba komunikasi dengan berbagai elemen, salah satunya Republika sebagai media nasional. Terlebih ketika PII dan Republika memiliki kesamaan DNA, yang difokuskan pada umat,” ujar Sekretaris Panitia Pusat Mutamar Nasional XXXI PII, Rafani Tuahuns, Senin (9/3).

Dia menjelaskan, dalam muktamar yang akan datang, 400 kader PPI dari seluruh Indonesia akan berkumpul, selain dari seribu lainnya yang berpartisipasi. Menurut dia, secara umum muktamar itu akan memfokuskan tema besarnya, yaitu, menyongsong generasi unggul menuju Indonesia maju. “Selain dari pergantian pemimpin dalam tiga tahun sekali juga,” paparnya.

Presiden Jokowi, kata dia, juga telah dalam konfirmasi tahap akhir untuk membuka acara tersebut. Bahkan, dia menyatakan, dalam acara yang dihelat sepekan itu, beberapa menteri seperti menteri Pendidikan, menteri PPPA, kepala BKPM, ketum HIPMI, Jusuf Kalla, menko PMK, menteri ATR, gubernur hingga wali kota Ternate akan hadir dalam pelaksanaanya.

“Di hari kedua dan ketiga ada beberapa kegiatan, dari seminar yang diisi oleh tokoh nasional hingga dialog kebangsaan,” ujar dia.

Menurutnya, keberlanjutan antara pihaknya dengan Republika juga akan terus berlangsung. Bahkan, ia berharap, Republika bisa menyediakan ruang bagi pihaknya untuk menyajikan konten berbau Islami yang ditujukkan bagi khalayak umum.

Hal serupa juga disebutkan oleh Redaktur Harian Umum Republika, Subroto. Menurut dia, Republika dan PII memiliki kesamaan visi untuk meningkatkan kesadaran umat terkait opini dan gagasan bagi kalangan Muslim. 

Bahkan, menurut dia, opini dan gagasan dipertaruhkan untuk menyuarakan persoalan umat yang memang perlu dibahas secara bersama-sama. “Media itu tak dibangun untuk bisnis saja, bukan untuk uang saja. Tetapi juga idealisme,” kata dia.

Dia memaparkan, dalam pertarungan gagasan, sebuah platform dari media sangat berperan. Terlebih, jika hal itu untuk membela kepentingan umat.

Dia tak menampik, sejak dulu media yang mengatas namakan Islam memang banyak, namun hoaks masih belum bisa dibendung. Karenanya, Republika, kata dia menjadi perantara untuk menyajikan kaidah jurnalistik yang sesuai dan berlandaskan Islam. “Kita berusaha menyatukan itu, dan bahwa Islam itu adalah DNA kita,” kata dia.

Lebih lanjut, dia mengaku, memang ada beberapa yang masih tak puas dengan upaya Republika. Namun demikian, pihaknya menganggap wajar, karena tak mungkin bisa memuaskan semua pihak. “Kita (media) memang berbisnis. Tapi Republika ini paling konsisten,” kata dia.

Dia menyatakan, untuk mendukung hal tersebut, Republika dinilainya akan terus beradaptasi dengan kemajuan zaman. Sebab, selain mempersiapkan dan menyambut perkembangan zaman, media, kata dia, harus tetap berfokus pada konten.

“Republika itu bukan perusahaan koran atau daring. Tapi konten. Kita gak tahu ke depan akan seperti apa platform-nya, tapi kita siap karena inti kita adalah konten,” ujar dia.

Sementara itu, Wakil Redaktur Pelaksana Republika, Heri Ruslan menyebut, Republika dan PII memang memiliki dasar yang sama. Karenanya ia meminta agar PII juga bisa memanfaatkan Republika sebagai media nasional untuk lebih dekat dengan umat. “Manfaatkan Republika untuk kepentingan umat,” kata dia.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement