Kamis 05 Mar 2020 09:29 WIB

Ketum Ansor Soal Harlah NU di Kauman: Jangan Mudah Dihasut

Ketum Ansor menegaskan NU-Muhammadiyah tulang punggung Indonesia.

Ketua GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, meminta NU dan Muhammadiyah jangan mudah dihasut anasir khilafah.
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Ketua GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, meminta NU dan Muhammadiyah jangan mudah dihasut anasir khilafah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Umum PP GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, meminta agar warga Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah saling menghormati dan saling menjaga selepas peristiwa Kauman. Pernyataan Gus Yaqut ini menanggapi soal penyelenggaraan peringatan Hari Lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama (NU) ke-94 yang sedianya akan digelar di Masjid Gedhe Keraton Yogyakarta, tetapi terpaksa dipindahkan setelah adanya keberatan dari sekelompok masyarakat di Kauman.

Gus Yaqut mengatakan, langkah demikian jauh lebih berarti bagi kemajuan Islam di nusantara daripada saling adang. Karena itu, dia juga menyerukan agar respons keras atas peristiwa Kauman di Yogyakarta diambil hikmahnya oleh semua pihak.

Baca Juga

"Kita tidak ingin peristiwa Kauman memicu hal serupa di basis-basis NU terhadap acara-acara Muhammadiyah. Masing-masing organisasi harus sama-sama berbenah. Jika ada masalah, dahulukan tabayyun sebelum tindakan, apalagi itu tidak terukur," kata Gus Yaqut saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (4/3) malam.

Gus Yaqut menambahkan, Muhammadiyah dan NU merupakan tulang punggung Muslim Indonesia, bahkan dunia. Karena itu, menurut dia, mustahil jika berbicara ukhuwah Islamiyah tanpa melibatkan kedua organisasi besar ini.

Apalagi, kata dia, bangsa Indonesia memiliki persoalan besar yang harus dihadapi bersama. Atas dasar itulah, dia menekankan agar NU maupun Muhammadiyah serta komponen-komponen lainnya bergotong royong dalam menghadapi persoalan bangsa itu.

"Ada wabah corona, ada omnibus law, rapuhnya politik yang digerus perilaku koruptif, kemiskinan yang masih luas, dan lainnya. Yang tidak kalah penting jaga organisasi masing-masing dari anasir-anasir yang ingin memperjuangkan khilafah berikut perilaku intoleran, agar tidak mudah dihasut," katanya menambahkan.   

Sebelumnya, Pengurus Cabang NU (PCNU) berencana menggelar acara harlah tersebut hari ini, Kamis (5/3), di Masjid Gede Keraton. Namun, tampaknya ada kesalahpahaman antara PCNU Kota Yogyakarta dan warga Kauman yang mayoritas Muhammadiyah.

Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta mengusulkan untuk mempertimbangkan penceramah dalam pengajian akbar tersebut karena menuai kontroversi. Sementara itu, Pemuda Muhammadiyah Kota Yogyakarta juga disebut menyatakan keberatan dan meminta acara Harlah NU dipindahkan ke lokasi lain meski pihak Keraton Yogyakarta selaku pemilik masjid telah mengizinkan Harlah NU digelar di Masjid Kauman. Penolakan lantas bermunculan di media sosial terhadap acara itu. 

Untuk menjaga dari kemungkinan terjadinya konflik, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Yogyakarta memilih memindahkan Harlah PCNU Kota Yogyakarta ke Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement