Kamis 05 Mar 2020 01:04 WIB

Virus Jangan Menjadikanmu Rakus

Corona tak cukup hanya dilawan dengan ketakutan berlebihan.

Petugas apotek memasang tanda stok masker habis, di kawasan pusat penjualan obat-obatan dan alat kesehatan Tarandam, Padang, Sumatera Barat, Selasa (3/3)
Foto: Iggoy El Fitra/Antara
Petugas apotek memasang tanda stok masker habis, di kawasan pusat penjualan obat-obatan dan alat kesehatan Tarandam, Padang, Sumatera Barat, Selasa (3/3)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ina Salma Febriany

​Seketika Novel Coronavirus meramaikan jagat dunia nyata, terlebih dunia maya. Tak butuh waktu lama, media sosial pun gempar dipenuhi berita-berita, baik based on fakta maupun yang belum jelas kesahihannya—setelah Presiden Joko Widodo resmi mengumumkan bahwa dua orang WNI positif corona! Apa yang terjadi kemudian? Kurang dari dua jam, jamaah +62 memadati pusat perbelanjaan. Kepanikan mahadahsyat tak mampu terelakkan. Ada yang riuh mencari vitamin dan obat-obatan, hingga rela memenuhi antrean guna menyetok bahan makanan! Ya, hampir semuanya panic buying hingga kalap membeli barang-barang yang semestinya mampu ditahan. Satu hal yang paling mengagetkan; bukan hanya sabun dan cairan pencuci tangan instan yang sangat langka di pasaran, harga masker meroket hingga 10 kali lipat. Sungguh fenomena mencengangkan!

Sebenarnya—mengapa sih corona menjadi "hantu" yang amat ditakutkan? Apakah ia adalah virus yang sangat berbahaya dan sukar disembuhkan? Atau karena banyak pasien terinfeksi virus ini lantas berakhir dengan kematian? Di sinilah keimanan sekaligus kecerdasan emosional kita sedang diuji. Andai mau membaca, menganalisis, menyelidiki dari berbagai sumber, sebenarnya tak perlu ikut-ikutan percaya pada media yang menuliskan berita secara bombastis yang rentan terpapar virus hoaks. Virus corona, menurut berbagai pakar, sama seperti virus lainnya yang mudah menyerang ketika imun seseorang lemah. Tepat, saat seseorang menyikapi kabar ini dengan panik berlebih lantas ikut-ikutan menyetok bahan makanan yang sebenarnya enggak perlu-perlu amat, ia pun terserang rasa letih, baik secara fisik maupun psikis (pikiran). Nah, tentu saja kondisi tersebut sangat memengaruhi kualitas imun tubuh hingga akhirnya rentan tertular penyakit.

Satu hal penting yang perlu kita telusuri bersama, dalam rilis berita yang bersumber dari Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), Novel Coronavirus (2019- nCoV) situation reports (2020) per Selasa, 3 Maret 2020, menyebutkan, total kasus Covid-19 berjumlah 91.347. Kasus yang masih aktif saat ini 39.936. Sebanyak 18% di antaranya dalam kondisi kritis, 82% dalam kondisi ringan. Sementara itu, kasus yang sudah selesai ditangani 51.411, sebanyak 6% di antaranya meninggal dan 94% diantaranya berhasil sembuh.  

Jika kita melihat analisis data tersebut, terbukti bahwa orang yang telah terinfeksi corona berhasil sembuh! Artinya, corona tak cukup hanya dilawan dengan ketakutan berlebihan.  Sesungguhnya, ia bisa "pamit" pulang dan tidak menghinggapi kita ketika kita mampu berpikir jernih, tetap tenang, dan mengendalikan diri. Rasa panik dan takut sangat wajar dan manusiawi sebab banyak negara, juga Indonesia, dihadapkan situasi mencekam karena wabah virus kian meluas. Namun, jangan sampai rasa ketakutan yang berlebihan menghalangi akal untuk berpikir dengan penuh pertimbangan. Berbelanja dengan berlebihan, bahkan tega mendulang rupiah dalam kondisi yang tengah mengkhawatirkan, bukanlah tindakan bijak seorang manusia beriman. Sebaliknya, selain tentu kita harus waspada dengan menjaga kesehatan dan berdoa pada Tuhan, rasa empati juga perlu diasah. Saatnya kita saling membantu dan bersedekah dengan apa pun yang kita mampu. Sedekah satu masker pada mereka yang tak sanggup membeli karena harga yang meroket naik begitu tingginya tentu menjadi ladang amal yang insya Allah berpahala.

Upaya preventif lain dalam menghadapi wabah virus juga telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW memberikan anjuran untuk mengisolasi (karantina) diri ketika situasi tidak memungkinkan untuk banyak beraktivitas di luar. Hal ini dipraktikkan langsung oleh Rasul dan para sahabat ketika wabah pes/lepra menimpa Kota Madinah. Rasulullah menganjurkan untuk tetap bertahan dan tidak mengunjungi daerah yang terindikasi wabah tersebut. Upaya pencegahan ala Rasulullah SAW agar wabah virus tak meluas adalah suatu bentuk ikhtiar yang sangat bermanfaat bukan hanya untuk mencegah diri dari virus mematikan, melainkan juga untuk melatih keimanan agar lebih mendekat, berdoa, tawakal, dan memasrahkan hidup hanya kepada Allah, tentu dengan didahului oleh ikhtiar jasmani lainnya. Semestinya, virus tak menjadikan iman kita melemah hingga rakus menimbun bahan makanan dan menaikkan harga kebutuhan, padahal masih sangat banyak orang yang lebih membutuhkan.

Mari tetap tenang, jaga kesehatan, rajin mencuci tangan, berolahraga, berjemur, dan makan makanan dengan gizi seimbang, ya! Semoga Allah senantiasa melindungi kita semua. Aamiin.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement