REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC -- Permasalahan kesehatan mental dapat terjadi pada siapa saja dan di mana saja. Terkhusus bagi para pelajar Indonesia yang sedang berkuliah di luar negeri dengan perbedaan budaya dan beban akademis yang cukup memberatkan.
Oleh karena itu, Dompet Dhuafa USA Inc. bekerja sama dengan Persatuan Mahasiswa Indonesia di Washington, DC (Permias DC) melaksanakan kegiatan workshop mental health sebagai upaya pencegahan masalah kesehatan mental bagi para pelajar Indonesia yang ada di Washington, DC dan sekitarnya.
Workshop dengan tema "Navigating Through Mental Health Issues due to Culture Shock and Academic Pressures" ini diadakan di KBRI Washington, DC pada Ahad (22/2). "Kami melihat ini adalah isu yang sedang tren di kalangan anak muda, khususnya pelajar Indonesia yang memiliki beban mental yang cukup menantang. Sehingga kami pikir, perlu adanya kepedulian dan upaya pencegahan sebelum hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi," kata Irwan Saputra, Direktur Eksekutif Dompet Dhuafa USA Inc, dalam siaran persnya.
Dompet Dhuafa AS menggelar workshop kesehatan mental.
Menurut Irwan, isu kesehatan mental bukan masalah yang sederhana karena dapat berdampak signifikan seperti stres, depresi, gangguan kejiwaan, hingga bunuh diri. Oleh karena itu, tindakan preventif sangat dibutuhkan sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
"Jadi workshop gratis ini kita buat sebagai kepedulian Dompet Dhuafa USA bagi anak-anak muda Indonesia. Kita tau mereka adalah calon pemimpin bangsa ke depannya. Jadi kawan-kawan harus memiliki kesehatan mental yang kuat," sambungnya dalam siaran pers.
Narasumber pada workshop ini adalah Endang Fourianalistyawati, yang merupakan Psikolog Klinis dan dosen dari Universitas Yarsi di Jakarta dan juga mahasiswa Doktoral di University of Wisconsin-Madison. Pada workshop ini, Endang Fourianalistyawati membagikan solusi bagi permasalahan kesehatan mental bagi pribadi mahasiswa dan cara menghadapi rekan sebaya yang dinilai menghadapi permasalahan tersebut. Workshop yang dilakukan selama sekitar tiga jam ini tidak hanya dilakukan dengan presentasi oleh narasumber, namun juga berbagai aktivitas yang menyenangkan dan aplikatif bagi penyelesaian masalah kesehatan mental.
Ketua panitia acara Diandra Soemardi menjelaskan bahwa ada sekitar 50 orang peserta yang hadir yang masing-masing merupakan mahasiswa Indonesia yang sedang berkuliah di Washington, DC dan sekitarnya.
"Tidak hanya berhenti di sini. Kita juga akan melanjutkan program ini dengan konlusing online secara gratis bagi peserta yang ini melanjutkan penyelesaian masalah kesehatan mental pribadi mereka," ungkap wanita yang juga mahasiswa Doktoral di University of Maryland ini.