Ahad 23 Feb 2020 14:41 WIB

Cara Nabi Muhammad Membahagiakan Istri

Nabi Muhammad menunjukkan kasih sayang kepada istrinya.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Cara Nabi Muhammad Membahagiakan Istri.
Foto:

Hal berikutnya yang dilakukan Nabi adalah mengaplikasikan rasa cintanya menjadi sebuah tindakan. Aisyah ra menyebut Rasulullah akan memberinya bejana untuk diminum, ketika itu dia sedang menstruasi, maka Nabi akan mencari tempat di mana dia telah meletakkan bibirnya dan meletakkan bibirnya di tempat yang sama (An-Nasa'i dan disahkan oleh Al-Albani).

Anas ra juga meriwayatkan Nabi memiliki tetangga Persia yang pandai memasak sup. Suatu hari dia menyiapkan sup dan mengundang Nabi ke sana. Aisyah berada di samping Nabi saat itu, sehingga Nabi menyarankan kepada tetangganya untuk mengajak Aisyah bergabung dengan mereka.

Namun tetangga tersebut menolak usulan tersebut. Mendengar hal itu, Nabi pun menolak undangan itu. Orang Persia itu kembali mengulangi undangan eksklusif untuk Nabi, dan Nabi tetap menolak undangan itu.

Dalam usahanya ketiga, tetangga Persia ini mengundang Nabi dan istrinya, Aisyah. Setelah itu, Nabi menerima undangannya dan pergi bersama Aisyah ke rumah pria itu (Muslim).

Dalam menjalankan rumah tangga, Nabi Muhammad SAW tak pernah lupa untuk bersenang-senang dengan istrinya. Aisyah ra melaporkan dia menemani Nabi dalam perjalanan ketika dia masih langsing. Nabi lalu mengatakan kepada orang-orang untuk bergerak maju dan kemudian meminta Aisyah berlomba lari dengannya. Mereka berlomba dan Aisyah menang.

photo
Mencintai Nabi Muhammad SAW (ilustrasi)

Dalam perjalanan selanjutnya, ketika Aisyah telah melupakan perlombaan sebelumnya, dan telah bertambah berat badannya, Nabi menyuruhnya balapan lagi. Aisyah menolak dan berkata, "Bagaimana saya bisa balapan dengan Anda saat saya dalam kondisi seperti ini?"

Nabi bersikeras dan melanjutkan perlombaan itu. Kali ini, Nabi memenangkan perlombaan. Dia tertawa saat itu dan berkata, "Sekarang, kita impas"  (Diotentikasi oleh Al-Albani).

Terakhir, yang perlu diingat adalah cinta dapat melampaui waktu. Anas ibn Malik meriwayatkan ketika seseorang membawa sesuatu kepada Nabi, dia akan berkata, "Bawalah ke sana-sini karena dia adalah teman Khadijah (istrinya yang sudah meninggal)" (Diotentikasi oleh Al-Albani).

Tidak hanya itu, Asyiah ra juga bercerita suatu hari, Halah binti Khuwailid (saudara perempuan dari istri pertama Nabi, Khadijah) meminta izin untuk masuk. Nabi pun mengenali dan mengingat cara Khadijah ketika dia meminta izin untuk masuk. Jadi, dia sangat tersentuh dan berkata, "Ya Allah, semoga dia menjadi Halah binti Khuwailid!" (Al-Bukhari dan Muslim).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement