Jumat 21 Feb 2020 23:28 WIB

Bahaya Pujian dan Solusi Rasulullah SAW Tepis Sanjungan

Rasulullah SAW mewanti-wanti umatnya agar tak termakan pujian.

Rasulullah SAW mewanti-wanti umatnya agar tak termakan pujian. Ilustrasi pujian.
Foto: Republika/musiron
Rasulullah SAW mewanti-wanti umatnya agar tak termakan pujian. Ilustrasi pujian.

REPUBLIKA.CO.ID, Tak selamanya pujian itu menguntungkan. Bahkan banyak ulama masa awal justru tidak senang dengan pujian. 

Dalam kitab Al-Arba'in fi Ushul ad-Dien, Imam Ghazali meriwayatkan bahwa sekali waktu seseorang memuji sahabatnya di depan Rasulullah Muhammad SAW. Saat itu beliau bersabda, ''Celaka kamu. Kamu telah memotong leher sahabatmu.''

Ghazali mengungkapkan ada beberapa penyakit hati yang merupakan cerminan akhlak tercela, baik bagi orang yang memuji mau pun yang dipuji. Penyakit hati yang diidap orang yang suka memuji orang lain, menurut Ghazali, biasa terjadi di kalangan penguasa, orang-orang yang punya kedudukan atau kekayaan, adalah dusta, lancang (suka menjilat), dan munafik.

Orang yang bangga atau suka dipuji-puji mudah sekali terkena penyakit hati; sombong, congkak, riya, dan membanggakan diri sendiri. Di samping dikutuk Allah--karena mengidap sifat-sifat setan--sesungguhnya mereka termasuk orang yang dungu. Sudah sombong, riya, dan membanggakan diri, mau pula membiarkan lehernya dipotong orang lain.

Begitu buruk dan seriusnya akibat penyakit hati yang disebabkan oleh pujian, sampai-sampai dalam kitab Al-Arba'in fi Ushul ad-Dien Ghazali mengutip peringatan Rasulullah, ''Jika seseorang berjalan kepada orang lain membawa sebilah pisau tajam, maka itu lebih baik daripada dia memuji seseorang di depan hidung orang tersebut.'' Dalam ungkapan sehari-hari, sabda Nabi itu bisa diterjemahkan, ''Lebih baik kau ancam aku dengan pisau daripada kau bunuh aku dengan pujianmu.''

Pujian seseorang kepada orang lain biasanya disampaikan dengan kata-kata manis disertai pamrih tertentu. Pamrih inilah, umumnya berkonotasi negatif, yang sesungguhnya yang amat berbahaya. Ia bagai racun mematikan yang berlapis madu. Ghazali menyebut orang yang suka memuji, memiliki sifat ''munafik''; tampak manis di lapisan luarnya, tapi mematikan di bagian dalamnya.

Terhadap orang seperti itu, Ghazali mengutip pernyataan keras Rasulullah, ''Taburkanlah tanah ke wajah para pemuji.'' Cara lain, berdoa kepada Allah seperti dilakukan Sayidina Ali RA ketika dipuji seseorang, ''Ya Allah, ampunilah aku atas apa yang dia tidak ketahui dan jangan Engkau siksa aku atas apa yang mereka katakan, serta jadikanlah aku lebih baik dari yang mereka kira.''

Pujian sesungguhnya ungkapan yang agung dan tidak bisa dikotori oleh hal-hal buruk yang hanya layak ditujukan kepada Dzat Yang Mahaagung. Semua ayat tentang pujian dalam Alquran semata-mata hanya ditujukan untuk Allah SWT.  

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement