REPUBLIKA.CO.ID, -- Gua Hira, di Jabal Nur, merupakan tempat bersejarah bagi umat Islam. Untuk mencapai gua, diperlukan waktu sekitar 1,5 jam. Mulai dari kaki gunung, jamaah bisa menapaki batuan tangga yang sudah ada.
Awalnya memang terasa mudah lantaran batu-batuan yang ada bisa dijadikan pijakan yang kuat. Akan tetapi, sekitar 15 menit mendaki, jalan setapak mulai terasa tidak membantu lantaran keterjalan bukit.
Menilik sejarah, Gua Hira adalah tempat pertama kali Rasulullah Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah SWT. Malaikat Jibril membisikkan ayat 1 sampai ayat 5 surat Al-Alaq kepada Nabi Muhammad SAW. Sebelumnya, suami Siti Khadijah itu kerap berkunjung ke Gua Hira untuk menyendiri. Muhammad bertafakur di Gua Hira manakala sedang gundah, gelisah, dan cemas atas kondisi sosial masyarakat Makkah kala itu.
Saat memasuki usia 40 tahun, Muhammad semakin memupuk kegemarannya mengasingkan diri ('uzlah) dan menyendiri (ikhtila) ke Gua Hira. Tak jarang Muhammad berada berhari-hari di dalam gua. Kadang sampai sepuluh malam, kadang lebih dari itu, bahkan sampai satu bulan.
Selama menyendiri dan bertafakur di Gua Hira, Muhammad merasakan kedamaian dan kenyamanan hidup. Jika pun harus kembali ke rumah, Muhammad hanya menyambangi istri dan mengambil bekal baru untuk ikhtila selanjutnya.
Muhammad terus melakukan 'ritual' tersebut sampai turun kepadanya wahyu ayat pertama Alquran. Kata Iqra mengawali wahyu sampai dibisikkan tiga kali oleh malaikat Jibril sebelum Muhammad mampu memahaminya. Usai menerima wahyu lima ayat pertama Alquran tersebut, Muhammad dipeluk malaikat Jibril. Imam Bukhari meriwayatkan, Muhammad langsung lemas dan berkeringat manakala Jibril melepaskan pelukan di tubuh Muhammad.
Dalam sebuah hadis yang dikumpulkan Imam Bukhari, Aisyah RA menceritakan cara permulaan wahyu diturunkan. Aisyah berkata: ''Wahyu yang diterima Rasulullah dimulai dengan suatu mimpi yang benar. Dalam mimpi itu beliau melihat cahaya terang laksana fajar menyingsing di pagi hari.
Kemudian, beliau digemarkan untuk melakukan khalwat ('uzlah). Beliau melakukan khalwat di Gua Hira selama beberapa malam, kemudian pulang kepada keluarganya (Khadijah) untuk mengambil bekal. Hingga akhirnya, turunlah wahyu Allah SWT.
Selepas menerima wahyu pertama tersebut, Rasulullah Muhammad SAW kemudian pulang ke rumah, menemui istrinya, Khadijah binti Khuwailid RA. Dalam keadaan gemetar, Muhammad bergegas meminta istrinya agar memberikan selimut padanya.
Kemudian, berceritalah manusia pilihan Allah ini tentang peristiwa yang baru saja dialaminya di Gua Hira. Tak berlangsung lama, Khadijah mengimani (memercayai) yang disampaikan suaminya. Sebab, sejak kecil, Muhammad sudah dikenal sebagai seorang pria yang jujur. Karena itu, ia dijuluki dan diberi gelar 'Al-Amin' (yang dapat dipercaya). Khadijah yakin, suaminya telah dipilih oleh Allah SWT.
Khadijah menyelimuti tubuh gemetar Muhammad hingga hilang rasa takutnya. Setelah itu, Muhammad berkata pada Khadijah, ''Hai Khadijah, tahukah engkau mengapa tadi aku begitu?'' Lalu, beliau menceritakan apa yang baru dialaminya. Selanjutnya beliau berkata: ''Aku sesungguhnya khawatir terhadap diriku (dari gangguan makhluk Jin).''
Siti Khadijah pun menjawab: ''Tidak! Bergembiralah! Demi Allah, Allah sama sekali tidak akan membuatmu kecewa. Kamu suamiku, adalah seorang yang suka menyambung tali keluarga, selalu menolong orang yang susah, menghormati tamu, dan membela orang yang berdiri di atas kebenaran.''
Siti Khadijah, istri pertama Muhammad, menjadi orang yang pertama kali mengimani tauhid yang dititipkan Allah SWT melalui wahyu-Nya kepada Muhammad. Bukan itu saja, Siti Khadijah bahkan orang yang meyakinkan Muhammad bahwa wahyu itu pertanda Muhammad telah dipilih menjadi Rasulullah.