REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernyataan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Yudian Wahyudi dalam sebuah sesi wawancara dengan salah satu media menjadi polemik. Dalam pernyataannya Yudian menyebut, agama sebagai musuh Pancasila. Untuk mengetahui lebih jelas tentang polemik pernyataan agama sebagai musuh Pancasila, wartawan Republika Ali Mansur mewawancarai langsung.
Pernyataan Anda tentang agama sebagai musuh pancasila menuai kritikan, apa maksud pernyataan Anda itu?
Pancasila kan agamis kalau bahasa biasa, karena apa? Karena, kelima sila itu dapat ditemukan dengan mudah di dalam keenam kitab suci, keenam agama yang diakui secara konstitusional oleh negara Republik Indonesia. Ini kan berarti agama Pancasila kan paling menopang, tapi di dalam mewujudkannya kita butuh kesetiaan, bahasa fikihnya wadhi, antropo, bahasa lainnya itu sopan, bahasa lainnya sekuler, tapi bukan sekularisme. Kita butuh ruang, waktu, pelaku, anggaran, cara, misalnya.
Seperti contoh, kita mau mewujudkan persatuan Indonesia maka kita cari siapa panitianya kapan tempatnya, anggarannya seperti apa, acaranya apa itu namanya urusan manusia, manusia di sini berarti manusia Indonesia. Jadi, hasil dari apa yang kita dapatkan itu nanti mewujudkan citacita negara Indonesia kalau dibaca mayoritasnya Islam.
Nah, cuma dalam hubungan kita ini sering kali ada ketegangan-ketegangan, ada kelompok-kelompok, katakanlah minoritas yang mengaku mayoritas, tetapi minoritas yang membenturkan. Nah kalau tidak pandai mengelola ini, perilaku agama-agama ini akan menjadi musuh terbesar, mengapa? Karena, setiap orang beragama, nah agama siapa? Kalau dibaca kan ketemunya Islam, Islam siapa begitu? Nah itu yang saya maksud.
Bagaimana pandangan Anda tentang hubungan Pancasila dan agama?
Jadi, hubungan Pancasila dengan agama itu harus dikelola dengan baik, sehingga rahmat negara sebesar ini jangan menjadi laknat itu maksudnya, siapa yang harus paling bertanggung jawab? Tanda petik harus menahan diri, harus mewujudkan diri? Ya mayoritaslah. Jadi, saya ingin menekankan, Pancasila itu bukan thogut, Pancasila kalau bahasa kita ya Islami gitu. Karena itu, semua ada di kitab suci kita, ada hadits ada. Itu maksudnya, ya itu yang saya maksud adalah musuh-musuh agama dari dalam agama yang saya maksud.