REPUBLIKA.CO.ID, ACEH -- Dalam sebuah catatannya, Ibnu Batutah menuliskan dia pernah singgah di Kerajaan Samudera Pasai di Aceh selama 15 hari. Peristiwa itu terjadi pada 1345.
Selama belasan hari di Samudera Pasai itu, Ibnu Batutah menuliskan kesannya terhadap Raja Samudera Pasai, Sultan Al Malikus Zahir. Di sini, dia disambut hangat oleh sultan.
"Sultan Jawa (Sumatra), Al Malik az Zahir, adalah penguasa yang paling mahsyur, terbuka, dan melindungi ahli-ahli agama. Ia sering terlibat dalam perang agama (melawan orang-orang kafir) maupun dalam misi penyerangan. Namun, dia juga seorang pria yang rendah hati yang akan berjalan kaki pada saat sembahyang Jumat. Rakyatnya juga senang berperang demi membela agama mereka dan bersedia ikut di dalam misi penyerangan secara sukarela," tulis Ibnu Batutah dalam catatannya seperti dikutip dari buku Sumatera Tempoe Doloe oleh Anthony Reid.
Ibnu Batutah bertemu dengan Sultan Al Malikus Zahir pada hari keempat setelah kedatangannya di Aceh. Hal ini berdasarkan adat setempat bahwa tamu dari jauh dipersilakan istirahat selama tiga hari sebelum bertemu Sultan.
Ibnu Batutah bertemu dengan Sultan tepat di Hari Jumat. Ini dilakukan setelah Shalat Jumat di Masjid Utama.
Setelah berjabat tangan, Sultan meminta Ibnu Batutah duduk di sebelah kirinya. Sultan juga menanyakan kabar Sultan Muhammad serta perjalanan yang sudah dilakukan Ibnu Batutah.
"Ia (Sultan) tetap berada di dalam masjid hingga doa-doa sore selesai dikumandangkan," tulis Ibnu Batutah.
Setelah itu, Sultan pergi ke salah satu ruangan dan menanggalkan pakaian yang saat itu dia kenakan. Pakaiannya semacam jubah yang biasa dipakai ahli agama di mana pakaian itu biasa dikenakan pada hari Jumat.