Jumat 14 Feb 2020 09:10 WIB

Perjalanan Pembukuan Asbabun Nuzul dalam Literatur Islam

Pada era sahabat disebutkan, asbabun nuzul belum dijadikan disiplin ilmu yang matang.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Perjalanan Pembukuan Asbabun Nuzul dalam Literatur Islam. Foto ilustrasi: Salah satu contoh ayat sajdah dalam Alquran.
Foto: Republika/ Nashih Nashrullah
Perjalanan Pembukuan Asbabun Nuzul dalam Literatur Islam. Foto ilustrasi: Salah satu contoh ayat sajdah dalam Alquran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pembahasan asbabun nuzul atau sebab turunnya wahyu Allah dalam Alquran sebenarnya telah dimulai sejak zaman sahabat. Namun pada masa itu belum ada gerakan atau inisiasi pembukuan untuk literaturnya.

Dalam buku Tema Kontroversial Ulumul Quran karya Nur Faizin disebutkan, pada era sahabat asbabun nuzul belum dapat dijadikan sebuah disiplin ilmu yang matang. Pembukuan asbabun nuzul baru dimulai secara independen di masa Abu Hasan Ali bin Abdullah bin Ja’far bin Nahij as-Sa’di atau yang biasa dikenal dengan nama Ali bin al-Madini.

Baca Juga

Beliau merupakan salah satu guru Imam Bukhari yang cukup masyhur secara keilmuan. Namun dijabarkan pula bahwa penulisan asbabun nuzul sudah terjadi pada masa Sa’id bin Jubair yang wafat pada tahun 94 hijriyah.

Di fase selanjutnya, banyak ulama yang mengarang kitab tentang asbabun nuzul atau sekadar mengkhususkannya di bab-bab tertentu. Hal ini sebagaimana yang dilakukan Imam As-Zarkasyi dalam kitabnya berjudul Al-Burhan, Imam As-Suyuthi dalam Al-Itqan, dan lain sebagainya.

Namun para ulama bersepakat bahwa kitab pertama yang membahas asbabun nuzul secara spesifik adalah karya-karyanya Ibnu al-Madini. Kemudian disusul oleh karya-karya Abu Hasan Ali bin Ahmad al-Wahidi dan Abu Ishak Ibrahim bin Umar bin Ibrahim al-Ja’bari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement