REPUBLIKA.CO.ID, Dalam penelitian Lajnah Kementerian Agama pada 2012 dijelaskan, penyalinan Alquran di nusantara sendiri telah dimulai sejak akhir abad ke-13, saat Kerajaan Pasai menjadi kerajaan Islam. Bukti sejarah ini juga dicatat dalam Kitab Rihlah yang ditulis Ibnu Batutah saat berkunjung ke Aceh sekitar 1345 Masehi.
Sementara itu, mushaf Alquran tertua yang dapat ditemukan di nusantara adalah mushaf yang selesai ditulis pada 23 Oktober 1625 Masehi. Mushaf ini disalin Abd as-Sufi a-Din dan dimiliki Muhammad Zen Usman yang tinggal di Singaraja, Bali. Hal ini menarik, karena mushaf Alquran tertua ini ternyata terdapat di Pulau Dewata yang mayoritas penduduknya beragama Hindu.
Kajian tentang mushaf kuno di nusantara memang selalu menarik perhatian berbagai kalangan, baik dosen, mahasiswa, maupun peneliti. Namun, penelitian naskah kuno tersebut selama ini hanya fokus pada kitab warisan ulama nusantara, seperti tasawuf, fikih, dan berbagai disiplin ilmu agama lainnya.
Sementara itu, warisan mushaf Alquran di nusantara kurang mendapat perhatian. Salah satu alasannya karena teks Alquran tidak akan pernah berubah.
Padahal, manuskrip Alquran yang disalin para ulama terdahulu tidak hanya mengandung teks Alquran, tapi juga mengandung hal lain yang mencerminkan budaya dan lokalitas masyarakat nusantara.
Karena itu, kajian tentang mushaf kuno mushaf Alquran penting untuk dihadirkan secara komprehensif seperti halnya naskah kuno lainnya. Karena, di dalamnya banyak memuat informasi berharga, mulai dari aspek keilmuan yang bisa dtelusuri pada aspek tekstologis, hingga aspek budaya yang bisa dilacak pada aspek kodikologisnya.
Buku berjudul “Mushaf Kuno Nusantara: Sulawesi dan Maluku” ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ) Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama pada 2018. Penelitian ini sebagai salah satu upaya untuk menjaga warisan mushaf kuno di nusantara.
Dalam pengantarnya, Kepala LPMQ Kemenag, Muchlis M. Hanafi menyampaikan, penelitian ini mencoba menyampaikan deskripsi singkat dari sejumlah mushaf kuno yang diteliti mulai dari aspek kodikologis hingga tekstologis.
Buku ini cukup penting untuk dikaji, sehingga bisa memberikan wawasan kepada para masyarakat tentang warisan penting ulama nusantara. Apalagi, buku ini juga mengandung sejumlah ilmu dan pengetahuan yang berharga.
Sejak 2011 hingga 2015, LPMQ telah melakukan dokumentasi dan penelitian mushaf kuno nusantara mulai dari Aceh sampai Nusa Tenggara Timur (NTT), dan telah mengumpulkan sebanyak 400 lebih manuskrip Alquran. Namun, dalam buku ini LPMQ hanya mengkaji mushaf kuno Alquran di Sulawesi dan Maluku.
Aspek yang dideskripsikan dalam buku ini meliputi aspek tekstual seperti penggunaan ras, tajwid, qiraat, dan lainnya. Sementara, aspek kodikologis yang dijelaskan meliputi penggunaan kertas, tinta, dan penjilidan.
Buku ini merupakan jilid kedua dari serial buku Mushaf Kuno Nusantara yang diterbitkan LPMQ. Jilid yang pertama, LPMQ telah menerbitkan buku yang membahas tentang manuskrip Alquran yang ditemukan di sejumlah provinsi di Pulau Sumatera.
Buku jilid kedua ini terbagi menjadi lima pembahasan, yaitu mushaf kuno di Sulawesi Selatan, mushaf kuno di Sulawesi Tenggara, Mushaf Kuno di Sulawesi Barat, Mushaf Kuno di Maluku, dan Mushaf Kuno di Maluku Utara.