REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhyiddin Junaidi mengatakan, rencana pembangunan terowongan silaturrahmi dari Masjid Istiqlal ke Gereja Katedral tidak mendesak. Menurut dia, tanpa dibangun terowongan pun umat Islam dan umat Kristen sudah saling menjaga nilai-nilai toleransi.
“Kalau saya melihatnya tidak terlalu urgen membangun terowongan itu antara masjid Istiqlal dengan Katedral,” ujar Kiai Muhyiddin saat ditemui Republika.co.id di Kantor MUI Pusat, Jakarta, Senin (11/2).
Pembangunan terowongan yang sudah direstui Presiden Joko Widodo tersebut bertujuan untuk mempermudah mobilisasi jamaah dari Istiqlal ke Katedral. Pasalnya, selama ini umat Islam ataupun umat Kristen kerap berbagi lahan untuk memarkir kendaraannya.
Menurut Kiai Muhyiddin, pembangunan terowongan silaturrahim tersebut mungkin juga untuk memperlihatkan toleransi beragama di Indonesia. Namun, menurut dia, tanpa diperlihatkan pun semua orang sudah mengetahui umat beragama Indonesia selalu menjaga toleransi.
“Dari sisi muamalah itu tidak ada masalah, tapi tanpa ada terowongan pun kita sudah terkenal bahwa kita menjaga nilai-nilai toleransi,” ucapnya.
Rencananya, pembangunan terowongan akan sejalan dengan penyelesaian renovasi besar-besaran yang dilakukan di kompleks masjid terbesar di Asia Tenggara tersebut. "Ada usulan dibuat terowongan dari Masjid Istiqlal ke Katedral. Tadi sudah saya setujui. Ini menjadi terowongan silaturahim. Tidak kelihatan berseberangan tapi (terjalin) silaturahim," jelas Jokowi di kompleks Masjid Istiqlal, Jumat (7/2) lalu.
Jokowi juga menargetkan proses renovasi Masjid Istiqlal bisa rampung pada April 2020 atau tepat sebelum bulan Ramadhan. Diharapkan, masyarakat bisa menggunakan kawasan Masjid Istiqlal yang baru saja direnovasi pada Lebaran tahun ini.
"Kita harap sebelum Ramadhan sudah selesai sehingga bisa dipakai," ujar Jokowi.