Senin 10 Feb 2020 13:41 WIB

UIII, Balas Budi Kaum Intelektual Indonesia

Pendirian UIII sangat penting untuk menampung berbagai keilmuan di Indonesia.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
UIII, Balas Budi Kaum Intelektual Indonesia  . Foto: Komaruddin Hidayat
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
UIII, Balas Budi Kaum Intelektual Indonesia . Foto: Komaruddin Hidayat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Prof Kamaruddin Hidayat mengatakan, selama ini sudah banyak perguruan tinggi Islam negeri yang bagus di Indonesia. Bahkan, telah banyak melahirkan kaum intelektual yang kemudian melanjutkan pendidikannya ke luar negeri.

Menurut dia, kaum intektual yang kuliah di luar negeri tersebut tentunya banyak yang dibiayai oleh negara. Mereka mendapat fasilitas dan kemewahan berupa beasiswa yang dananya berasal dari rakyat Indonesia.

Baca Juga

Karena itu, sudah saatnya para intelektual Indonesia membalas budi terhadap rakyat dengan mengembangkan UIII. “Beasiswa itu kan dari rakyat, hanya lewat negara, sehingga kami terpanggil bagaimana kita membayar hutang kita dari masyarakat,” ujar Prof Kamaruddin saat ditemui Republika di Sekretariat UIII, Lantai 2 Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Selasa (4/2).

Dia menjelaskan, ilmu pengetahuan yang diwariskan para pendahulu terus mengalir seperti air, tapi menjadi percuma jika tidak ada institusi yang menampungnya. Karena itu, menurut dia, pendirian UIII sangat penting untuk menampung berbagai keilmuan di Indonesia.

“Ilmu itu kan sekarang sesungguhnya kayak air, mengalir kemana-mana. Tapi kalau di sini tidak dibangun institusi ya ibarat hujan akan hilang begitu saja, makanya perlu dibangun institusi ini,” ucapnya.

Namun, pendirian UIII tersebut bukan untuk menjadi pesaing Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yang sudah ada. UIII didirikan dengan tujuan untuk mengajarkan Islam rahmatal lil alamin, sehingga keislaman ini bisa meluas hingga ke berbagai belahan dunia.

Prof Kamaruddin menjelaskan, para intelektual dunia menyadari bahwa Indonesia sangat kaya pengalaman dan memiliki kekayaan budaya dan agama yang luar biasa. Karena itu, tidak heran jika kemudian banyak peneliti dari berbagai belahan dunia tertarik datang ke Indonesia untuk mempelajari Islam Indonesia.

“Banyak orang luar yang justru menyarankan, mestinya Indonesia itu punya universitas tempat orang luar datang ke sini. Tidak hanya menjadi tujuan wisata, tapi mestinya menjadi tujuan studi ilmu keislaman,” katanya.

Menurut dia, Indonesia juga telah bayak berutang budi terhadap negara-negara yang memberikan beasiswa selama puluhan tahun kepada anak-anak Indonesia. Padahal, menurut dia, negara yang memberikan beasiswa tersebut sejatinya tidak lebih kaya dari Indonesia. 

“Al-Azhar Mesir itu sudah berapa tahun ngasih beasiswa, padahal Indonesia lebih kaya dari Mesir. Tapi ketika mereka mau minta beasiswa ke sini, tidak ada skema, dan tidak ada kampus,” jelasnya. 

Prof Kamaruddin menambahkan, semestinya Indonesia sudah dari dulu membangun perguruan tinggi bertaraf Internasional. Karena itu, dia berharap UIII ke depannya bisa menjadi sebuah laboratorium keislaman khas Indonesia.  

“Jadi kalau kita bicara tentang ekspresi keberagamaan di Indonesia, ekspresi budayanya, interaksi Islam dan budaya setempat, Islam dan modernisme, Islam dan politik, di Indonesia itu kaya sekali sebagai laboratorium,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement