Kamis 06 Feb 2020 04:00 WIB

Pertemuan dengan Pendeta yang Mengubah Garis Hidup Thalhah

Seorang pendeta menanyakan tentang seorang bernama Ahmad kepada Thalhah.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Muhammad Hafil
Pertemuan dengan Pendeta yang Mengubah Garis Hidup Thalhah. Foto: Ilustrasi Sahabat Nabi
Foto: MgIt03
Pertemuan dengan Pendeta yang Mengubah Garis Hidup Thalhah. Foto: Ilustrasi Sahabat Nabi

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Sosok sahabat Rasulullah Thalhah bin Ubaidillah dijamin masuk surga. Pahlawan Uhud ini telah melindungi Rasulullah dan mendapat gelar syahid yang berjalan di muka bumi.

Suatu ketika, Thalhah pergi ke Syam. Sebagai saudagar di sana, dia berdagang. Bersama kafilah dagang lainnya, Thalhah berangkat. Meski masih muda, Thalhah punya kelebihan dalam strategi berdagang. Ia cerdik dan pintar hingga dapat mengalahkan pedagang-pedagang lain yang lebih tua.

Baca Juga

Tiba di Basrah, sebuah kota di wilayah Syam, para pedagang itu segera memasuki pasar. Saat itulah, peristiwa menarik dialami oleh Thalhah. Bahkan, peristiwa ini telah mengubah total garis hidupnya.

Tiba-tiba seorang pendeta berteriak-teriak, "Wahai para pedagang, adakah di antara tuan-tuan yang berasal dari Kota Makkah?" Kebetulan Thalhah berdiri tak jauh dari pendeta itu. Segera ia menghampirinya. "Ya, aku penduduk Makkah,"sahut Thalhah.

"Sudah munculkah di tengah-tengah kalian orang yang bernama Ahmad?" tanya pendeta kepadanya. "Ahmad, di mana ?"

"Ahmad bin Abdullah bin Abdul Muthalib. Bulan ini pasti muncul sebagai nabi penutup para nabi. Kelak ia akan hijrah ke negerimu, pindah dari negeri batu-batu hitam yang banyak pohon kurmanya. Ia akan pindah ke negeri yang subur makmur, memancarkan air dan garam. Sebaiknya engkau segera menemuinya, wahai Anak Muda!" saran pendeta itu.

Ucapan pendeta itu begitu membekas di hati Thalhah. Ia segera menggaet untanya dan pulang kembali ke Makkah. Tak dihiraukannya kafilah dagang yang masih sibuk di pasar itu. Sampai di Makkah, Thalhah bertanya kepada keluarganya, "Apakah ada peristiwa penting yang terjadi di Makkah sepeninggalku?"

"Ada. Muhammad bin Abdullah mengatakan dirinya nabi. Abu Bakar memercayainya dan telah mengikuti apa yang dikatakannya," jawab Mereka. "Aku kenal Abu Bakar. Dia seorang yang lapang dada, penyayang, dan lemah lembut. Dia pedagang yang berbudi tinggi dan teguh. Kami berteman baik."

"Banyak orang yang menyukai majelisnya karena dia ahli sejarah Quraisy dan mengetahui silsilah keturunan suku itu," gumam Thalhah lirih. Setelah itu, ia langsung mencari Abu Bakar dan menanyakan kabar yang didengarnya. "Benarkah Muhammad bin Abdullah telah menjadi nabi dan engkau mengikutinya?"

"Betul," jawab Abu Bakar. Kemudian ia menceritakan kisah Muhammad SAW sejak peristiwa pertama di Gua Hira sampai turunnya ayat pertama. Tak lupa setelah itu, Abu Bakar mengajak Thalhah untuk masuk Islam.

Memeluk Islam Setelah Abu Bakar bercerita, Thalhah ganti bercerita tentang pertemuannya dengan pendeta Bahira di Basrah. Abu Bakar tercengang. "Mari kita temui Muhammad dan ceritakan kepadanya peristiwa yang engkau alami dengan pendeta itu. Dengarkan pula apa yang dikatakan Muhammad tentang agama yang dibawa nya, agar engkau tahu dan mau mengikutinya," ujar Abu Bakar penuh suka cita.

Dengan mudah keduanya bisa menemui Rasulullah. Dia pun menjelaskan apa itu Islam kepada Thalhah. Juga mengabarkan tentang kebaikan dunia dan akhirat serta membacakan beberapa ayat Alquran.

Thalhah merasa dadanya begitu lapang. Ia lantas menceritakan pengalamannya bersama pendeta Bushra. Mendengar itu, Rasulullah sangat gembira. Kegembiraan itu terpancar jelas di wajah beliau.

Thalhah langsung mengucapkan dua kalimat syahadat, "Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah." Thalhah menjadi orang keempat yang menyatakan Islam di hadapan Abu Bakar.

Bagi keluarganya, peristiwa masuk Islamnya pemuda Quraisy itu bagaikan petir. Mereka amat gelisah, terlebih ibunya. Ibunya pernah berharap agar Thalhah kelak menjadi pemimpin kaumnya. Apalagi, ada bakat mulia tersimpan dalam diri anaknya itu.

Orang-orang yang sesuku dengan Thalhah berusaha keras membujuknya agar keluar dari Islam. Mula-mula hanya dirayu dan dibujuk. Namun, pendirian Thalhah sangat kokoh bagaikan gunung karang. Setelah putus asa de ngan cara lemah lembut, mereka akhir nya bertindak kasar. Siksaan demi siksaan mulai mendera tubuh anak muda yang santun itu.

Hijrah Thalhah berhijrah ke Madinah sewaktu kaum Muslimin diperintahkan untuk hijrah. Diikutinya semua perang bersama Rasulullah SAW kecuali Perang Badar. Thalhah dan Sa'id bin Zaid diutus Rasulullah dalam sebuah urusan. Namun, Thalhah tetap mendapatkan keutamaan ahlul Badar dan mendapatkan bagian rampasan perang.

Dan sungguh, Perang Uhud adalah perangnya Thalhah. Kepahlawannya gemilang dalam membela Rasulullah dan kaum Muslimin. Peperangan dahsyat yang berkecamuk menjatuhkan syu hada dan korban yang banyak di kalangan musryikin Makkah.

Kegemilangan hampir tercapai, tapi godaan dunia membuat pemanah di bukit tergoda dan tidak menaati perintah Rasulullah. Keadaan balik berganti, pasukan kaum Muslimin terdesak dan gugurlah para huffaz. Melihat itu, Thalhah hanya berfokus mencari di mana keberadaan kekasihnya Rasulullah SAW.

Dilihatnya dari jauh Rasulullah SAW bercucuran darah, maka diterjanglah pasukan Qurai sy. Didapatinya sosok Rasul terkasihnya terluka dan darah mengalir. Maka diraihnya Nabi dengan tangan kiri dari lubang tempat kakinya terperosok.

Sambil memapah Rasul yang mulia dengan dekapan tangan kiri ke da danya, ia membawa Rasulullah ke tem pat yang aman. Sementara tangan ka nannya mengayun-ayun pedang bagaikan kilat yang menyabet orang musyrik.

Mari dengarkan kesaksian Abu Bakar as-Shidiq tentang kepahlawanan Thalhah di Perang Uhud. Dari Aisyah dia berkata: "Bila disebutkan Perang Uhud, maka Abu Bakar selalu berkata: 'Itu semua adalah harinya Thalhah!' Aku adalah orang yang mendapati Rasul setelah peperangan, maka berkatalah Rasul kepadaku dan kepada Abu Ubaidah ibnu Jarrah: Tolonglah saudaramu itu (Thalhah)!"

"Kami lalu menengoknya dan ternyata pada sekujur tubuhnya terdapat lebih dari 70 luka tusukan tombak, goresan pedang dan tancapan panah dan ternyata pula anak jarinya putus.maka kami segera merawatnya dengan baik."

Mereka mengira Thalhah sudah gugur. Ternyata masih hidup. Karena itu lah ia diberi gelar Syahid yang Hidup. Gelar itu diberikan Rasulullah melalui sabdanya,"Siapa yang ingin me lihat orang berjalan di muka bumi se sudah mengalami kematiannya, lihatlah Thalhah!"

Sejak itu, jika orang membicarakan Perang Uhud di hadapan Abu bakar, Abu bakar selalu menyahut, Perang hari itu adalah peperangan milik Thalhah seluruhnya.

Ada gelar lain yang diberikan kepada Thalhah, yaitu Thalhah Al-Khair atau Thalhah yang baik. Kisahnya, suatu hari dalam bisnisnya, Thalhah mendapat untung sangat besar. Sepulang berdagang dari Hadhramaut, ia membawa keuntungan 700 ribu dirham.

Malam harinya ia ketakutan, gelisah, dan risau. Melihat itu, istrinya Ummu Kul tsum, bertanya, "Mengapa engkau gelisah? Apakah kami telah melakukan kesalahan?"

"Tidak. Engkau adalah istri yang baik dan setia, tapi ada yang mengganggu pikiranku sejak semalam. Pikiran seorang hamba kepada Rabbnya. Ia mau tidur sedang hartanya masih menumpuk di rumahnya," jawab Thalhah.

"Mengapa engkau risau? Bukankah banyak yang membutuhkan pertolongan engkau. Besok pagi, bagikan uang itu kepada mereka. Semoga Allah merahmatimu. Sungguh engkau wanita yang mendapat taufik Allah," sahut Thalhah bahagia. Esoknya, ketika hari masih pagi, uang-uang itu telah masuk di pundipundi.

Sesaat kemudian berpindah ke tangan fakir miskin Anshar dan Muhajirin. Gelar-gelar lain yang diberikan Rasulullah masih banyak. Ada Thalhah Al-Jaud (Thalhah yang pemurah), Thalhah Al-Fayyadh (atau Thalhah yang dermawan), dan masih banyak lagi lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement