Sabtu 01 Feb 2020 23:00 WIB

Atmosfer Kritis Dunia Pendidikan Islam Abad Pertengahan

Pendidikan Islam Abad Pertangahan menekankan studi kritis.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Pendidikan Islam Abad Pertangahan menekankan studi kritis. Ilustrasi pendidikan Islam
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pendidikan Islam Abad Pertangahan menekankan studi kritis. Ilustrasi pendidikan Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada Abad Pertengahan atau biasa dikenal sebagai abad kegelapan yang terjadi di dunia barat, umat Muslim justru gegap gempita akan peradaban. Salah satu yang berkembang adalah mengenai metode-metode pengajaran dan pendidikan yang diterapkan hingga menghasilkan generasi Muslim yang baik.

Pada Abad Pertengahan, metode pengajaran yang dilakukan umat Muslim di tingkat perguruan tinggi mengusung pendidikan kritis. 

Baca Juga

Dalam buku Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat karya Mehdi Nakosteen disebutkan, di perguruan tinggi kala itu para guru kerap membaca manuskrip yang dipersiapkan dari teks untuk menjelaskan materi kuliah dan memberi pertanyaan-pertanyaan dan diskusi kepada mahasiswa.

Kemudian, para mahasiswa didorong untuk mengajukan pertanyaan tentang pernyataan guru-guru mereka dan tak sedikit di antaranya yang mengajukan keberatan pendapat. 

 

Para mahasiswa yang berselisih pendapat dari gurunya bukan hanya sekadar menyanggah, namun juga menunjukkan bukti-bukti yang mendukung argumentasi tersebut.

Asisten pengajar (mu’id) seringkali membantu para mahasiswa mengenai kuliah yang diberikan oleh guru besar. 

Pemberi kuliah selalu memulai dengan meminta pertolongan dan bimbingan dari Allah SWT agar dia dapat berbicara dengan benar. Artinya, akhlak pun didahului dalam perkara melakukan aktivitas belajar dan mengajar.

Para mu’id akan menggunakan tiga langkah dalam presentasinya. Antara lain menerangkan mata kuliahnya secara singkat dan mendetail, mengulang materi yang sama lebih mendalam, dan membacakan kembali poin-poin yang sulit dari mata kuliahnya dengan penjelasan-penjelasan detail dari semua bagian yang tersulit.

Adapun mahasiswa Muslim kala itu juga memegang prinsip-prinsip penguasaan belajar. Seperti penghafalan, mengulang-ulang apa-apa yang dihafal, memikirkan materi yang dikuasi, dan mengaplikasikan seluruhnya dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan prinsip-prinsip lainnya yakni gabungan dari konsep-konsep. Yaitu bebas dari kegelisahan untuk mendatangkan pengetahuan, menjaga gizi makanan untuk mendukung kecerdasan otak, merangsang kemampuan kognitif dengan mencari masalah-masalah dalam ilmu pengetahuan, dan kerap memberlakukan aturan hukuman untuk menjaga kedisiplinan.

Tak hanya perkara metode belajar, di masa itu pun sistem pendidikan Islam sudah mengenal kurasi terhadap tenaga-tenaga pengajar. Pemilihan guru yang baik dilakukan secara serius bahkan oleh mahasiswanya sendiri. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement