Rabu 22 Jan 2020 14:23 WIB

Satelit Gambarkan 100 Makam Muslim Uighur Diratakan

Laporan jurnalistik AFP menemukan beberapa tulang selama kunjugan ke situs pemakaman.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Muhammad Hafil
Satelit Gambarkan 100 Makam Muslim Uighur Diratakan. Foto: Suasana keramaian kota di Uighur.
Foto: Uttiek M Panju Astuti
Satelit Gambarkan 100 Makam Muslim Uighur Diratakan. Foto: Suasana keramaian kota di Uighur.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Citra satelit menunjukkan pemakaman Muslim Uighur tradisional telah diratakan dengan tanah. Hal ini digambarkan sebagai bagian dari dugaan persekusi yang dilakukan pemerintah setempat terhadap etnis minoritas Uighur di Turkestan Timur itu.

Menurut laporan mendalam oleh CNN yang menganalisis ratusan citra satelit, dilansir di Yenisafak, Rabu (22/1), lebih dari 100 kuburan tampaknya dihancurkan oleh Beijing hanya dalam dua tahun terakhir. Laporan CNN menyertakan beberapa gambar sebelum dan sesudah yang tampaknya menunjukkan seluruh kuburan yang telah dihancurkan sepenuhnya.

Baca Juga

Pasalnya, analis citra satelit Earthrise Alliance sebelumnya telah menemukan 45 kuburan yang telah dihancurkan sejak 2014. Tidak hanya itu, wartawan dari  Agence France Presse (AFP) juga menemukan beberapa tulang selama kunjungan ke berbagai situs pemakaman yang hancur.

Sementara itu, pemberitahuan yang dilayangkan pemerintah China tentang relokasi pemakaman tampaknya mendukung klaim ini. Wilayah Xinjiang di China adalah rumah bagi sekitar 10 juta orang Uighur.

Kelompok Muslim Turki, yang membentuk sekitar 45 persen dari populasi Xinjiang, telah lama menuduh otoritas China melakukan diskriminasi budaya, agama dan ekonomi. China dituduh melakukan kebijakan represif terhadap kelompok Muslim Turki, dan mengendalikan hak-hak agama, komersial, dan budayanya.

Menurut pejabat Amerika Serikat (AS) dan pakar PBB, hingga 1 juta orang, atau sekitar 7 persen dari populasi Muslim di wilayah Xinjiang, telah dimasukkan ke dalam kamp penjara dalam apa yang mereka sebut sebagai 'pendidikan ulang politik'. Dalam sebuah laporan pada September 2019 lalu, Human Rights Watch juga menuduh Beijing melakukan kampanye sistematis atas pelanggaran hak asasi manusia terhadap Muslim Uighur di Xinjiang. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement