REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diriwayatkan seorang sahabat bernama Jariyah bin Qudamah meminta wasiat kepada Nabi Muhammad SAW. Dia meminta wasiat yang singkat dan padat agar dapat dengan mudah menghafal serta mengamalkannya.
Maka Rasulullah memberi wasiat kepada Jariyah agar tidak marah. Kemudian Jariyah mengulangi permintaannya meminta wasiat kepada Rasulullah. Tetapi Rasulullah tetap berpesan kepadanya agar tidak marah.
Dari Abu Hurairah bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Muhammad, berilah aku wasiat. Rasulullah menjawab, "Engkau jangan marah." Laki-laki itu mengulangi permintaannya berulang-ulang. Kemudian Nabi Muhammad bersabda, "Engkau jangan marah." (HR Al-Bukhari).
Riwayat tersebut menunjukkan marah adalah pangkal berbagai kejahatan. Sedangkan menangkal diri dari marah adalah pangkal segala kebaikan. Dikutip dari buku Syarah Arba'in An-Nawawi yang ditulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas diterbitkan Pustaka Imam Asy-Syafi'i 2011.
Marah adalah bara yang dilemparkan setan ke dalam hati anak Adam sehingga menjadi mudah emosi. Dadanya membara, urat syarafnya menegang, dan wajahnya memerah. Terkadang ucapan kotor, keji, dan caci maki. Begitu pula tindakannya menjadi tidak masuk akal.
Definisi marah adalah bergejolaknya darah dalam hati untuk menolak gangguan yang dikhawatirkan terjadi atau karena ingin balas dendam kepada orang yang menimpakan gangguan padanya. Marah banyak sekali menimbulkan perbuatan yang diharamkan seperti memukul, melempar barang, menyiksa dan menyakiti.
Marah juga menimbulkan perkataan yang diharamkan seperti menuduh, mencaci maki, berkata kotor, dan berbagai bentuk kezaliman serta permusuhan. Bahkan karena marah bisa sampai membunuh dan menjadi kufur.