Jumat 10 Jan 2020 00:00 WIB

Sisi Lain Hikmah Hujan: Berkah untuk Para Pedagang

Hujan memberikan berkah keuntungan bagi sejumlah pedagang.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Memasuki Musim Hujan. Hujan deras yang pertama mengguyur kawasan Tugu Pal Putih, Yogyakarta, Jumats (6/12).
Foto: Republika/ Wihdan
Memasuki Musim Hujan. Hujan deras yang pertama mengguyur kawasan Tugu Pal Putih, Yogyakarta, Jumats (6/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Melalui hujan, Allah SWT menurunkan rahmat-Nya kepada manusia. Rahmat Allah luas bentuknya, tak terukur nilai dan tak juga bisa dibandingkan dengan logika manusia. Namun setidaknya, manusia dapat merasakan rahmat tersebut, tak terkecuali bagi para pedagang kecil. 

Pada Rabu (8/1) menjelang siang, hujan separuh lebat mengguyur Jalan Raya Bogor di wilayah Ciracas, Jakarta Timur. Lantaran hujan, tak sedikit pengendara sepeda motor yang memarkirkan kendaraannya di pinggir jalan yang terdapat atap untuk berteduh. 

Baca Juga

Persisnya di depan halaman mushala, Republika yang juga berkendara sepeda motor ikut berteduh. Tepatnya, sejak hujan semakin lebat para pengendara motor yang dengan alasan tertentu enggan menerobos hujan dipertemukan di lingkup tersebut. 

Selain para pengendara yang berteduh, terdapat dua pedagang kaki lima. Yang satu adalah pedagang roti bakar, dan yang kedua adalah pedagang kopi asongan. “Pak, kopinya satu,” kata salah seorang pengendara. 

Melihat hujan belum berhenti, banyak dari para pengendara yang berdiri berjejalan menghindari hujan. Tak sedikit juga dari mereka yang mulai melirik-lirik dagangan kedua pedagang tadi. Seorang pengendara, Agus (32 tahun), menjadi pembeli pertama dari ‘kaum pengendara yang berteduh ini'. 

Kepada Republika.co.id, Agus mengatakan bahwa dirinya sengaja memesan kopi hitam agar tubuhnya hangat di saat hujan tengah mengguyur. Dengan uang sebesar Rp 3.000, secangkir kopi dapat dinikmati Agus dengan sederhana.

Lain Agus, seorang pengendara lainnya, Yani (27 tahun), memesan roti bakar. Hampir-hampir tak percaya saat si pedagang roti menyebutkan harga sepotong roti bakar dengan ukuran large, macam bahasa kafe, yang hanya Rp 5.000. Kaget dicampur takjub, Yani mengulangi pertanyaannya mengenai harga roti dan pedagang pun mengulangnya hingga Yani merasa yakin betul tak salah dengar. “Murah, lumayan,” kata Yani singkat kepada Republika.co.id. 

Kemudian, si pedagang roti bakar pun membuatkan roti pesanan Yani. Siapa sangka, belum selesai roti Yani dibuat, para pengendara motor yang sedang berteduh lainnya juga ikut mengantri membeli roti bakar. Dalam sekejap saja, sudah lebih dari tujuh orang yang memesan roti dengan berbagai jumlah. 

Usai melayani, si pedangang roti bersedia diajak wawancara sejenak dan memperkenalkan diri. “Saya Engkus, asal Tasik,” kata Engkus. 

Engkus mengaku sudah tiga tahun mengadu nasib di Jakarta sebagai pedagang roti bakar keliling. Dalam sehari-hari, pendapatan Engkus tak menentu. Jika sedang hoki, dia bisa mengantongi sekitar Rp 250 ribu penghasilan kotor. 

Namun jika sedang sepi pembeli, dirinya mengaku hanya dapat mengantongi penghasilan hingga menyentuh Rp 50 ribu. 

Menurut Engkus, pendapatannya bisa naik berlipat-lipat apabila Allah menurunkan hujan. Sebab, kata dia, tak sedikit dari pengendara yang berteduh di sejumlah tempat yang layak dijadikan tempat berteduh. 

“Katanya, kan, hujan mah berkah ya, bener itu. Biasanya sepi-sepi aja dagang, ini baru sampe siang (dagang), karena hujan alhamdulillah sudah dapat Rp 200 ribuan,” kata Engkus. 

Menurut Engkus, ketika hujan turun di sekitar wilayah tersebut, dagangannya nyaris laris dalam waktu cepat. Meski dia pun enggan membanderol harga yang tinggi dari dagangannya, meskipun ada kesempatan untuk menaikkan harga semaunya. 

Namun dia percaya, keberkahan rezeki yang didapat lebih penting ketimbang nilai dari rezeki itu sendiri.  “Laku saja sudah syukur, teh. Enggak mau mikir-mikir naikin harga, kasihan juga sama yang lagi meneduh,” kata dia. 

Dari pengamatan singkat dan juga perbincangan hangat antara pengendara sepeda motor yang berteduh dengan para pedagang, setidaknya terdapat hikmah luas yang dapat dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Bahwa hujan yang merupakan rahmat dari Allah itu, juga menyelipkan nuansa rahmah (kasih sayang), syukur, dan juga teladan. 

Hujan merupakan keberkahan, dan bentuk keberkahan bisa bermacam-macam manfaat. Allah SWT berfirman dalam Alquran surah Qaaf ayat ke-9 yang berbunyi: “Wa nazzalna mina-sama-i ma-an mubarakan,”. Yang artinya: “Kami turunkan dari langit air yang memberkati (banyak manfaatnya).” 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement