Selasa 07 Jan 2020 09:35 WIB

Perbedaan Pendapat Soal Keimanan Abu Thalib

Abu Thalib merupakan pemuka Quraisy yang memiliki pengaruh besar.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Perbedaan Pendapat Soal Keimanan Abu Thalib. Foto: Keimanan/Ilustrasi
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Perbedaan Pendapat Soal Keimanan Abu Thalib. Foto: Keimanan/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Paman Nabi Muhammad SAW, Abu Thalib, dikenal sebagai seorang pemuka Quraisy yang memiliki pengaruh besar pada masanya. Beliau, meski dikenal sebagai kafir, namun sangat mendukung dakwah Nabi. Hal ini menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan para masyarakat kala itu mengenai keimanan yang dianut beliau.

Dalam buku Ali bin Abi Thalib karya Ali Audah dijelaskan, pendapat mengenai keimanan Abu Thalib memang beragam. Beragamanya klaim mengenai keimanan beliau didasari oleh berbagai isyarat, melihat gelagat Abu Thalib, dan juga melihat berbagai kepentingan dari orang-orang yang mengklaim keimanannya itu.

Baca Juga

Abu Thalib yang juga merupakan ayah dari Ali bin Abi Thalib tersebut, pernah dihampiri Rasulullah dalam sakitnya menjelang sakratul maut. Rasulullah menawarkan kepada beliau untuk mengucapkan La ilaha illa Allah. Namun di saat Abu Thalib hendak mengucapkan kalimat itu, Abu Jahal beserta Ibnu Abi Umayyah mengancamnya.

Untuk menjaga persaudaraan dengan kaum Quraisy, Abu Thalib urung mengucapkan syahadat. Meski di dalam hati, menurut Ali Audah, beliau merupakan orang yang beriman kepada risalah Rasulullah mengenai Islam.

Dalam buku Diwan Abi Thalib karya Muhammad at-Tawanji dijelaskan, setidaknya terdapat tiga pendapat tentang keislaman Abu Thalib. Pertama, golongan yang mengatakan bahwa beliau wafat dalam keadaan sebagai musyrik atau kafir.

Golongan kedua menyatakan bahwa Abu Thalib meninggal dalam keadaan Muslim. Sedangkan pendapat dari golongan ketiga menyatakan, Abu Thalib sudah masuk Islam dan beriman kepada Allah akan tetapi menyembunyikan keimanannya demi menjaga kerukunan dan sekaligus dapat menjaga Rasulullah dari siksa kaum Quraisy.

Salah satu bukti yang menguatkan pendapat ketiga adalah sikap Abu Thalib yang toleran kepada anak-anaknya dalam memeluk agama Islam. Dari empat anak kandungnya, dua di antaranya yakni Ja’far dan Ali bin Abi Thalib memeluk agama Islam.

Diceritakan, saat Abu Thalib dan Ja’far datang mengunjungi Rasulullah yang sedang bersama Ali bin Abi Thalib, beliau memerintahkan Ja’far untuk mengikuti adiknya Ali yang telah lebih dulu tinggal bersama Rasulullah. Saat itu, Ali tengah shalat di samping kanan Rasul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement