REPUBLIKA.CO.ID, XINJIANG -- China dilaporkan telah menghancurkan lebih dari 100 makam Muslim Uighur. Ratusan gambar satelit yang dianalisis oleh CNN menunjukkan situs pemakaman Muslim di provinsi Xinjiang di China barat laut telah musnah. Beberapa makam telah berubah menjadi tempat parkir dan taman bermain.
Saluran penyiaran AS ini menemukan, mayoritas pemakaman, tempat generasi Uighur dimakamkan, dihancurkan selama dua tahun terakhir. Kelompok-kelompok hak asasi manusia menggambarkan langkah China ini sebagai eskalasi kampanye rezim komunis untuk menghancurkan budaya minoritas Muslim.
Seorang penyair Uighur yang melarikan diri dari wilayah itu lebih dari 20 tahun lalu, Aziz Isa Elkun, mengatakan ia melihat makam ayahnya di Google Earth selama hampir dua tahun setelah ia meninggal. Namun, suatu hari sebuah citra satelit yang diperbarui meunjukkan kuburan tersebut telah diganti dengan sebuah ladang. Elkun kini tinggal di London, Inggris.
"Saya tidak tahu apa yang terjadi. Saya benar-benar kaget," kata Elkun kepada CNN, dilansir di The Independent, Sabtu (4/1).
Di sisi lain, China tidak menyangkal penghancuran kuburan tersebut. Setidaknya, satu pemberitahuan resmi mengatakan salah satu lokasi pemakaman telah dipindahkan untuk memenuhi permintaan perencanaan kota dan mempromosikan pembangunan.
Seorang juru bicara Beijing mengatakan kepada CNN, pemerintah di Xinjiang sangat menghormati dan menjamin kebebasan semua kelompok etnis untuk memlih pemakaman, metode pemakaman, dan penguburan.
Direktur organisasi pembela HAM Human Rights Watch di China Sophie Richardson mengatakan kepada The Independent bahwa otoritas di Beijing dan Urumqi tampaknya tidak puas menyiksa Muslim yang hidup saat ini. Ia menyebut, tampaknya permusuhan dari China terhadap komunitas itu juga meluas ke orang yang sudah meninggal.
"Mencoba membenarkan perusakan harta benda budaya dengan alasan memerangi terorisme atau perencanaan kota tidak membodohi siapa pun, sebaliknya itu memperkuat kebutuhan mendesak untuk penyelidikan internasional yang independen terhadap pelanggaran HAM berat di seluruh wilayah Xinjiang," kata Richardson.
Tahun lalu, wartawan AFP mengunjungi beberapa tempat pemakaman yang dihancurkan yang telah diidentifikasi dari gambar satelit yang dianalisis oleh Earthwise Alliance. Wartawan tersebut melihat tulang yang digali, yang menurut para ahli forensik independen adalah sisa tulang manusia.
Sikap China terhadap komunitas Uighur di Xinjiang sebenarnya telah mendapat kecaman dari berbagai pihak. Negara-negara Barat dan kelompok HAM telah menyatakan keprihatinan atas laporan China menahan hingga dua juta orang, yang sebagian besar Muslim Uighur.
Penahanan itu telah dilakukan sejak kampanye kontraterorisme yang dimulai di Xinjiang pada 2017. Namun demikian, China bersikeras mereka menjalankan apa yang mereka sebut sebagai pusat pelatihan kejuruan untuk memerangi ekstremisme di Xinjiang.