Jumat 03 Jan 2020 18:48 WIB

Tausiyah Ustaz Adi Hidayat: Merawat Pernikahan

Ustaz Adi Hidayat memberikan nasihat pernikahan di acara nikah massal.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Ustaz Adi Hidayat
Foto: Youtube
Ustaz Adi Hidayat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta kembali melaksanakan program nikah massal di penghujung tahun 2019, di Balai Kota, Jakarta, Selasa (31/12). Nikah massal ini sejatinya bukan hanya sekadar program Pemprov semata, lebih dari itu ada nilai-nilai kebaikan dan humanisme yang hendak disampaikan kepada masyarakat.

Pernikahan dalam Islam merupakan sunnah Rasulullah. Pelaku pernikahan mendapatkan rahmat dan bekal keberkahan dalam akad yang diucapkan dan dijanjikan bersama. Namun di balik itu, esensi pernikahan sejatinya adalah sebuah ketenangan, kenyamanan, dan kecukupan antara satu dengan lainnya.

Baca Juga

Ustaz Adi Hidayat menjabarkan, pernikahan bukanlah suatu hal yang menjanjikan setiap pasangan untuk hidup selalu senang. Pun, pernikahan juga bukan perkara menjalani hidup dengan kesulitan terus-menerus. Dalam rumah tangga kerap terjadi gejolak yang kerap menyentuh setiap pasangan.

Namun demikian, setiap pasangan diingatkan untuk selalu menyandarkan dirinya kepada Allah SWT. Memupuk keimanan, ketakwaan, serta kepatuhan dalam beribadah merupakan modal utama dalam membangun rumah tangga. Dengan modal tersebut, keberkahan akan melingkupi siapa pun yang berada di dalam rumah tangga tersebut.

“Malam ini, usai menikah, perbaiki lagi shalatnya. Dirikan shalat, penuhi rumah tangga kita dengan keberkahan,” kata Ustaz Adi saat memberikan tausiah dalam Acara Pelaksanaan Nikah Massal ke-3 Pemprov DKI Jakarta, di Balai Kota, Jakarta, Selasa (31/12).

Keberkahan, sebagaimana yang terucap dari doa Nabi Muhammad SAW saat menikahkan putrinya, Fatimah Az-Zahra dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib, perlu diselipkan baik di kala susah maupun senang. Beliau pun menceritakan bahwa pernikahan yang sempurna bukanlah hanya milik mereka yang memiliki harta melimpah dan jabatan terpuji.

Hal itu dibuktikan bagaimana Rasulullah menikahkan Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib. Padahal jika diukur secara materi, Ali bin Abi Thalib bukanlah berasal dari kalangan berada atau pun seseorang yang memiliki jabatan tinggi. Jika dibandingkan dengan sahabat Nabi lainnya seperti Abu Bakar yang kaya raya dan Umar bin Khatab yang memiliki jabatan ulung, Ali bin Abi Thalib hanyalah pria biasa.

Namun begitu, dia menceritakan, ketika Abu Bakar dan Umar bin Khatab mengenali kapasitas diri tak layak bersanding dengan Fatimah Az-Zahra, sosok Ali bin Abi Thalib justru ditonjolkan. Diceritakan suatu ketika Umar bin Khatab bertemu dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan berkata: ‘Ya Ali, innaha laka,”. Yang artinya: “Wahai Ali, sesungguhnya dia (Fatimah) merupakan milikmu (jodohmu),”.

Mendengar ucapan Umar seperti itu, Ali bin Abi Thalib justru berkata: “Wahai Umar, aku hanyalah orang biasa, aku bukan orang kaya. Bahkan saat ini yang kupunya hanyalah perisai besi yang hendak aku gadaikan,”. Namun Sayyidina Umar tetap memerintahkan Ali agar menemui Rasulullah untuk meminang Fatimah.

Menurut Ustaz Adi, ketika Sayyidina Ali datang menemui Rasulullah, tak sedikit pun beliau meremehkan apalagi menolak maksud baik sahabatnya tersebut. Maka ketika menikahkan keduanya, Rasulullah pun memberi tiga kalimat pesan yang dijadikan doa bagi segenap masyarakat Muslim dunia hingga kini.

Doa tersebut berbunyi: “Barakallahu laka, wa baraka alaikuma, wa jamaa bainakuma fii khair,”. Yang artinya: “Semoga Allah rekatkan keberkahan padamu (di kala senang), dan semoga Allah rekatkan keberkahan kepada kalian berdua (di kala susah), dan semoga Allah selalu menghimpun kalian berdua dalam kebaikan,”.

Maka dari itu, lanjut beliau, apabila setiap pasangan hendak mendapatkan kebahagiaan yang abadi dalam pernikahan, maka hendaknya lekatkan keberkahan di dalam rumah tangga tersebut. Tutup aib diri satu sama lain sebagai kekuatan dan bahan evaluasi bersama. Tak layak, kata dia, keburukan rumah tangga diumbar dan dikonsumsi khalayak publik.

Dia pun mengaku sangat berterima kasih kepada Pemprov DKI Jakarta yang telah memberikan program positif. Menurutnya, program pernikahan massal merupakan program yang berpihak pada masyarakat kalangan menengah ke bawah, yang kini diklaim telah memiliki status administratif yang sah secara hukum.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut, sebanyak 633 pasangan yang dinikahkan secara gratis di program Nikah Massal ke-3 ini. Adapun alasan dipilihnya tanggal 31 Desember sebagai hari pelaksanaan pernikahan massal agar apabila para pasangan hendak melaksanakan perayaan pernikahan, kelak dunia juga seakan turut serta merayakannya.

“Sengaja dipilih tanggal 31 Desember, supaya anniversary-nya dirayakan seluruh dunia,” ungkapnya.

Tak lupa, Anies pun memberikan doanya kepada setiap pasangan yang menikah agar dapat menjalani biduk rumah tangga sesuai tuntunan agama. Dia berharap seluruh pasangan dapat hidup dalam bingkai sakinah, mawaddah, dan rahmah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement