REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, mengatakan, hendaknya setiap elemen bangsa mempelajari apa yang telah terjadi pada 2019. Menurutnya, 2019 memberikan banyak pelajaran terkait pengalaman politik yang terjadi.
"Pengalaman-pengalaman politik selama 2109 memberikan kita banyak sekali pelajaran, baik yang positif maupun yang negatif. Tentu yang negatif itu kita tinggalkan dan yang positif itu kita tingkatkan," ujar Mu'ti pada kegiatan Dzikir Nasional 2019 di Masjid At-Tin, Jakarta Timur, Selasa (31/12).
Ia melihat, tahun 2020 akan meberikan tantangan yang tak lebih sederhana dari 2019. Pada 2019, kata dia, Indonesia mengalami proses politik yang cukup keras dan terjadi polarisasi politik di antara seluruh elemen masyarakat, bahkan polarisasi juga terjadi di antara umat Islam.
"Maka mari semua itu kita akhiri, kita anggap sebagai bagian dari masa lalu kita dan kita lihat masa depan karena tantangan 2020 tidak sederhana," tuturnya.
Tahun 2020, jelas dia, juga akan dihiasi kegiatan politik, yakni Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di berabgai provinsi, kabupaten, dan kota. Menurutnya, Pilkada berpotensi menimbulkan friksi-friksi di dalam masyarakat. Ia melihat, level friksi itu ada di akar rumput, tapi eskalasinya bisa sampai ke tingkat nasional.
"Karena itu, maka pengalaman kita pada 2019 dan komitmen kita untuk menjadikan Indonesia ini sebagai rumah kita bersama dan kita bisa maju dengan bersatu, itulah saya kira yang harus kita jadikan resousi 2020," jelas dia.
Dalam Dzikir Nasional terdapat bazar buku, kuliner halal, cek kesehatan gratis, donor darah, dan hiburan islami. Dzikir nasional dihadiri ulama dan tokoh nasional yang akan mengisi ceramah keagamaan dan kebangsaan. Mamah Dedeh menyampaikan inspirasi keislaman mulai bakda Ashar.
Puncak acara dimulai bakda shalat Isya berjamaah. Menteri Agama Fachrul Razi menyampaikan sambutan. Kemudian disambung ceramah keagamaan dari Habib Jindan, Ustaz Khalidi Asadil Alam, Ustaz Jazir, KH Cholil Nafis, dan Ustaz Abdul Mu’ti.