Sabtu 21 Dec 2019 06:23 WIB

Survei: 77 Persen Warga Saudi tak Ingin Islam Moderat

Warga Saudi yang tak ingin Islam moderat meningkat,

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Warga yang menyuarakan Islam moderat di Saudi terungkap menurun. Foto bendera Arab Saudi.
Foto: Eurosport
Warga yang menyuarakan Islam moderat di Saudi terungkap menurun. Foto bendera Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Sebuah survei rahasia yang dilakukan di dalam Arab Saudi pada November 2019 lalu menunjukkan tentang pandangan warga Saudi terhadap Islam moderat dan Amerika Serikat. 

Survei itu menyatakan, bahwa minoritas yang ingin menafsirkan Islam dalam arah yang lebih moderat, toleran, dan modern telah menurun lima poin menjadi hanya 20 persen. 

Baca Juga

Sementara itu, mayoritas warga yang kini tidak setuju dengan versi Islam yang lebih moderat telah meningkat dengan jumlah yang sama, menjadi 77 persen, termasuk 43 persen yang mengatakan mereka sangat tidak setuju dengan Islam moderat.  

Di sisi lain, seperempat Muslim Sunni Saudi terus menunjukkan simpati terhadap Ikhwanul Muslimin fundamentalis garis keras. Walaupun, pemerintah Saudi telah melarang organisasi itu dan menyebutnya sebagai kelompok teroris.  

Hasil survei ini diungkap David Pollock, dalam artikelnya yang dipublikasikan di Forum Fikra di laman resmi The Washington Institute, lembaga think-thank AS yang berbasis di Washington, DC.  

Artikel itu mengungkap hasil survei tentang sikap di kalangan akar rumput Saudi terhadap AS, Islam moderat, dan persoalan lainnya. Pollock sendiri merupakan anggota program Bernstein di The Washington Institute, yang fokus pada dinamika politik regional dan isu-isu terkait.  

Survei itu dilakukan sebuah perusahaan riset pasar komersial regional terkemuka, dengan menggunakan wawancara tatap muka dan metode pengambilan sampel probabilitas geografis standar untuk menghasilkan sampel nasional yang representatif dari 1.000 warga Saudi. Sementara penulis secara pribadi melakukan perjalanan ke wilayah tersebut untuk berkonsultasi dengan manajer proyek tersebut.  

Dia ke sana untuk memastikan kerahasiaan dan kontrol kualitas yang ketat, selama periode kerja lapangan. Margin statistik kesalahan untuk sampel semacam ini adalah sekitar tiga persen.  

Survei itu mengungkap, bahwa hanya 25 persen warga Saudi saat ini yang mengatakan pentingnya negara mereka memiliki hubungan yang baik dengan AS. Persentase suara ini persis sama dengan pandangan tentang hubungan dengan Suriah. Di sisi lain, disebutkan bahwa 36 persen warga Saudi mengatakan pentingnya hubungan baik dengan Rusia.  

Selanjutnya, survei juga mengungkap soal masalah sosial yang sensitif dan pandangan terhadap reformasi pemerintah Saudi. Mayoritas mengatakan, pemerintah Saudi harus melanjutkan upaya dalam mempromosikan peluang dan kesetaraan bagi perempuan atau bahkan melakukan lebih banyak hal ke arah itu.  

Namun, angka itu dikatakan telah menurun dari 71 persen menjadi 64 persen. Sebaliknya, proporsi yang mengatakan RIyadh melakukan terlalu banyak tentang hak-hak perempuan telah sedikit meningkat, dari 25 menjadi 34 persen.  

Selanjutnya, survei menyoroti soal masalah hubungan dengan komunitas agama lain. Hasilnya, hampir dua pertiga orang Saudi setuju untuk lebih menghormati umat Kristen, dan meningkatkan hubungan dengan mereka. 

Akan tetapi, hanya lima persen publik Saudi yang merasa demikian tentang orang Yahudi. Hal itu seperti yang ditunjukkan responden ketika menjawab pertanyaan identik tentang kelompok tersebut.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement