Kamis 19 Dec 2019 20:47 WIB

1.000 Kader Aisyiyah Muhammadiyah Edukasi Gizi dan Nutrisi

Aisyiyah Muhammadiyah edukasi soal susu kental maniis.

logo
Foto: tangkapan layar google
logo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sebanyak 1.000 kader Aisyiyah Muhammadiyah diterjunkan ke berbagai kota di Indonesia untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat terkait gizi termasuk di dalamnya bijak menyikapi iklan produk nutrisi yang kerap tidak sesuai untuk anak.

Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah, Chairunnisa, di Jakarta, Kamis (19/12), mengatakan sepanjang 2019, PP Aisyiyah bersama Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) secara rutin telah melakukan pendidikan tentang gizi dan bijak mengonsumsi susu kental manis di sejumlah kota di Indonesia.

Baca Juga

“Di antaranya adalah di Padang, Lombok, Cirebon, Serang, Bandung, dan Jambi dan telah menerjunkan sekitar 1.000 kader kami,” katanya.

Dia menegaskan perlunya dilakukan pendidikan gizi termasuk tentang cara penggunaan susu kental manis yang bijak dan tepat.

Pendidikan dilakukan secara berjenjang melalui para kader agar edukasi tentang bijak mengkonsumsi susu kental manis dapat sampai ke masyarakat secara lebih luas.

“Ibu harus mampu memilah dan memilih dengan baik produk pangan yang banyak diiklankan di media massa,” katanya.

Tidak hanya itu, kata dia, terhadap pemerintah dan para pengambil kebijakan advokasi juga gencar dilakukan.

Pihaknya bersinergi dengan BPOM, baik di pusat maupun di daerah, serta Dinas Kesehatan untuk melaporkan segala hal yang terjadi pada penyimpangan label dan iklan susu kental manis. “Kami juga mengharapkan partisipasi masyarakat untuk ikut mengawasi,” kata Chairunnisa.

Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, menjelaskan, kader-kader Aisyiyah yang mengikuti kegiatan pendidikan itudiharapkan dapat menyampaikan lagi informasi tersebut kepada lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga dan tetangga sekitar. “Jadi sebenarnya sudah lebih dari 1.000 orang yang terdidik. Kami harapkan pendidikanberjenjang seperti ini akan efektif mengedukasi masyarakat untuk tidak lagi memberikan susu kental manis sebagai minuman untuk anak,” katanya.

Lebih lanjut, Arif menjelaskan gencarnya YAICI dan Aisyiyah melakukan pendidikan tentang gizi dan cara bijak mengonsumsi susu kental manis adalah berdasarkan temuan pada 2018.

Sebanyak empat kasus gizi buruk terjadi pada anak rentang usia 0–23 bulan yang disebabkan konsumsi susu kental manis sejak bayi di Batam, Kendari, dan Sulawesi Selatan. Satu orang di antaranya meninggal pada usia 10 bulan.

Dalam temuan itu diketahui orang tua memberikan susu kental manis untuk anak karena beranggapan produk tersebut adalah susu yang dapat memenuhi gizi anak, terlebih harganya yang ekonomis, dan kemasan iklan yang menampilkan susu kental manis sebagai minuman susu.

Pada periode September – November 2019, YAICI bersama Majelis Kesehatan PP Aisyiyah juga melakukan survei konsumsi susu kental manis atau krimer kental di Provinsi Aceh, Kalimantan Tengah, dan Sulawesi Utara Manado.

Hasilnya, dapat disimpulkan bahwa iklan produk pangan pada media massa khususnya televisi sangat mempengaruhi keputusan orang tua terhadap pemberian asupan gizi untuk anak.

“Sebanyak 37 persen responden beranggapan bahwa susu kental manis adalah susu, bukan topping, dan 73 persen responden mengetahui informasi susu kental manis sebagai susu dari iklan televisi,” katanya.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement