Sabtu 14 Dec 2019 23:05 WIB

Partai Konservatif Menang Pemilu Inggris, Muslim Khawatir

Kemenangan Partai Konservatif dikhawatirkan merugikan mereka.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Warga Inggris di London bagian selatankeluar dari tempat pemungutan suara usai memberikan suaranya dalam Pemilu pada Kamis (12/12).
Foto: Andy Rain/EPA
Warga Inggris di London bagian selatankeluar dari tempat pemungutan suara usai memberikan suaranya dalam Pemilu pada Kamis (12/12).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON –  Partai Konservatif di bawah pimpinan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson memenangkan kembali Pemilihan Umum (pemilu) di Inggris. Namun demikian, kemenangan itu justru membuat Muslim di Inggris merasa khawatir akan masa depan mereka.  

Sekjen Dewan Muslim Inggris (MCB), Harun Khan, mengatakan pada Jumat bahwa Johnson telah memperoleh mayoritas suara. Akan tetapi, dia mengakui ada ketakutan di antara komunitas Muslim di seluruh negeri.  

Baca Juga

"Kami memasuki periode kampanye pemilu dengan keprihatinan lama tentang kefanatikan dalam politik kami dan partai yang memerintah kami. Sekarang kami khawatir bahwa Islamofobia 'siap digunakan' untuk pemerintah," kata Harun Khan, seperti dilansir di The Independent, Sabtu (14/12). 

Dia mengatakan, bahwa organisasi Muslim terbesar di Inggris ini memahami jika PM Inggris menegaskan bahwa dia adalah Tory satu bangsa. Karenanya, dia berharap hal demikian yang terjadi. Ia juga mendesak agar Johnson menjalin ikatan dengan semua komunitas. 

 

Kekhawatiran dari MCB ini datang seiring dengan adanya pernyataan dari mantan ketua Partai Tory, Baroness Warsi, yang mengatakan bahwa Partai Konservatif harus mulai memulihkan hubungannya dengan umat Muslim Inggris.  

Dalam sebuah cuitan di Twitter, Warsi mengatakan bahwa penyelidikan menuju Islamofobia adalah langkah pertama yang harus dilakukan. Selain itu, dia mengatakan bahwa upaya untuk memberantas rasisme kini harus diintensifkan. 

Sementara itu, kelompok Labour Against Antisemitism mengatakan, bahwa hasil pemilu tersebut adalah putusan keras pada kepemimpinan Jeremy COrbyn tentang apa yang mereka sebut sebagai pesta 'rasis institusional'. 

Dalam pemilu kali ini, Partai Konservatif mencatat angka terbaik mereka sejak 1987. Sedangkan Partai Buruh mencetak hasil terburuk sejak 1935. Corbyn dari Partai Buruh telah dituduh menjadi salah satu penyebab meningkatnya antisemitisme di Inggris.

Corbyn didesak untuk meminta maaf atas tuduhan antisemitisme yang telah memorak-porandakan partainya dalam wawancara dengan pembawa acara This Morning, Phil Schofield dan Holly Willoughby, setelah menolak untuk melakukannya dalam kampanye.  

Kepala Rabi Inggris, Ephraim Mirvis, mengatakan dalam sebuah unggahan di Facebook, bahwa anggota parlemen sekarang memiliki tugas untuk mengatasi masalah sosial yang sudah berurat berakar, termasuk di dalam partai mereka sendiri. Pemilihan mungkin berakhir, akan tetapi menurutnya, kekhawatiran tentang kebangkitan antisemitisme masih begitu banyak.

"Islamofobia, rasisme, dan bentuk-bentuk prasangka lainnya terus melanda komunitas kita dan, seperti yang telah dipublikasikan dengan baik, bahkan partai-partai politik kita," ujarnya.

Karena itu, dia menekankan pentingnya menyatukan negara dan memastikan suara dari seluruh lapisan masyarakat didengar dan dihargai. Selain itu, ia juga menyerukan agar semua pihak fokus pada nilai-nilai bersama dan meninggalkan semua kebencian dan prasangka. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement