Rabu 11 Dec 2019 15:09 WIB

Jejak Kesultanan Ottoman di Balik Kejayaan Merica Aceh

Merica produki aceh sempat berjaya di Eropa.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Merica produksi Aceh pernah merajai Eropa. Foto ilustrasi lada.
Foto: NCC
Merica produksi Aceh pernah merajai Eropa. Foto ilustrasi lada.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wilayah Kesultanan Aceh pada abad ke-16 dikenal sebagai daerah penghasil lada atau merica di wilayah Samudra India. Bahkan merica yang dihasilkan para petani di wilayah Kesultanan Aceh memenuhi pasar Eropa. 

Hasil bumi yang memiliki nilai jual dari wilayah Aceh di antaranya lada hitam, sutera, kayu manis dan cengkeh. Pada abad ke-16 tepatnya sekitar 1550, kapal-kapal dari Aceh berhasil mengangkut produk hasil bumi ke Timur Tengah. Setelah tiba di Timur Tengah, produk-produk dari Aceh merambah pasar Eropa. 

Baca Juga

Menurut buku Turki Utsmani-Indonesia Relasi dan Korespondensi Berdasarkan Dokumen Turki Utsmani yang diterbitkan Hitay 2017, produksi merica dari Aceh dikatakan mampu menyediakan setengah dari kebutuhan merica di Eropa pada masa itu. 

Diceritakan juga, para saudagar Turki di Aceh membeli merica dari para petani setempat. Kemudian mereka menyimpannya untuk dijual di waktu yang tepat. Pada abad ke-15 hingga ke-16, para saudagar Turki sudah menetap di kota-kota pelabuhan yang ada di wilayah Selat Malaka. Mereka melakukan aktivitas perdagangan di wilayah Kesultanan Aceh.  

Karena wilayah Kesultanan Aceh memiliki hasil bumi yang sangat bernilai. Kemudian dibuat perjanjian kerja sama antara Kekaisaran Turki Utsmani dengan Kesultanan Aceh. 

Sultan Turki Utsmani, Sulaiman Yang Agung atau Sulaiman Kanuni memperkuat kerja sama perdagangan di wilayah Aceh. Sultan Aceh meresponsnya dengan memberikan sebuah kawasan komersial di Pelabuhan Pasai. 

Kawasan itu dikelola utusan Sultan Turki Utsmani bernama Mehmed Han Pasha yang selanjutnya mendirikan organisasi perdagangan di sana. 

Kesultanan Aceh juga menampung ribuan orang saudagar dari Asia Barat, Arab, Iran dan Turki. Mereka masing-masing ditampung di tempat yang terpisah. Masing-masing tempat memiliki masjid, sekolah dan pasar. Potensi bisnis di wilayah Kesultanan Aceh juga berdampak pada daerah lain di sekitarnya.

Oleh karena letak geografis Aceh yang sangat strategis, Portugis sangat ingin menduduki Aceh. Portugis ingin menjadikan Aceh sebagai pangkalan misi kolonial mereka. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement