REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Usep Romli HM
Anugerah nikmat Allah SWT kepada manusia sangat tidak terbatas. Sebagaimana firman-Nya, "Dan Dia telah memberikan ke padamu dari segala apa yang kamu mohonkan. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghitungnya. Se sungguhnya manusia itu sangat zalim dan suka mengingkari (nikmat Allah)." (QS Ibrahim: 34).
Seandainya semua air di lautan dijadikan tinta untuk menuliskan sabda Allah SWT, mencakup rahmat, nikmat, pertolongan, peringatan, seruan kepada haq, dan lain sebagainya, lautan akan kering sebelum semuanya berhasil dicatat. Bahkan, jika didatangkan tinta tambahan sebanyak itu pula, tetap tidak akan cukup.
Itulah bukti kebesaran Allah SWT dengan limpahan nikmatnya yang sangat tidak terbatas (tafsir al-Kahfi: 109). Dalam menyikapi nikmat karunia tak tepermanai itu, manusia terbagi ke dalam tiga kelompok : Pertama, kelompok yang bersyukur. Mensyukuri nikmat Allah SWT untuk digunakan di jalan yang benar, sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya.
Sikap syukur paling sederhana adalah mengucapkan Alhamdulillah (segala puji bagi Allah) setiap mendapat kenikmatan. Sikap syukur yang lebih luas diwujudkan dalam bentuk taat kepada Allah, mematuhi dan melaksanakan segala perintah-Nya, sekaligus menninggalkan segala larangan-Nya.
Jika mendapat nikmat kekuasaan, hal tersebut digunakan untuk menegakkan keadilan, melindungi orang-orang yang lemah teraniaya, membangun sarana-sarana kepentingan umum penuh ikhlas dan pengabdian, serta bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme. Jika mendapat nikmat kekayaan, sebagian dikeluarkan untuk zakat (jika sudah mencapai nisab dan haul), infak, sedekah, jariyah, dan amal kebajikan sosial lainnya.
Orang yang mensyukuri nikmat akan mendapat tambahan nikmat berlipat ganda (QS Ibrahim: 7). Kedua, kelompok yang kufur. Kelompok ini menggunakan nikmat yang mereka terima dari Allah SWT berupa kekuasaan atau kekayaan untuk melakukan perbuatan-perbuatan maksiat. Contohnya adalah menentang aturan Allah dan Rasul-Nya. Mereka asyik melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah SWT sekaligus meninggalkan segala perintah-Nya.
Kelompok tersebut adalah yang dimaksud dalam QS Ibrahim: 7, yakni mendapat azab amat pedih. Azab yang mungkin mereka terima langsung di dunia dan pasti akan diterima di akhirat kelak. Ketiga, kelompok bimbang dan ragu. Mereka tak punya pendirian. Ibarat pucuk bambu, mengarah ke mana angin bertiup. Jika mendapat nikmat, mereka bergembira-ria.
Bahkan, lupa sama sekali untuk bersyukur. Namun, jika ditimpa kekurangan, mereka menggerutu, putus asa. Firman Allah SWT, "Sebagian manusia ada yang menyembah Allah, dengan tidak sungguh-sungguh, sehingga kalau mendapat kebaikan, bersenang hati, tapi kalau mendapat cobaan, berputar ke belakang. Orang-orang demikian akan mendapat kerugian nyata di dunia dan akhirat." (QS al-Hajj : 11).
Kelompok semacam ini jika mendapat ke senangan maka merasa disayang dan di muliakan Allah. Namun, apabila mendapat ujian kesulitan, rezekinya surut, maka ia me rasa dihinakan oleh Allah SWT (QS al-Fajr: 15-16).