Jumat 29 Nov 2019 11:27 WIB

Masjid Persahabatan Indonesia-Uighur untuk Korban Tsunami

Masjid Persahabatan dari diaspora Uighur dibangun di Lampung Selatan.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Majelis Nasional Turkistan Timur (Uighur) melalui Aksi Cepat Tanggap (ACT) membangun Masjid Persahabatan di Way Muli, Rajabasa, Lampung Selatan untuk korban tsunami.
Foto: ACT
Majelis Nasional Turkistan Timur (Uighur) melalui Aksi Cepat Tanggap (ACT) membangun Masjid Persahabatan di Way Muli, Rajabasa, Lampung Selatan untuk korban tsunami.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Nasional Turkistan Timur (Uighur) berpartisipasi membantu saudara-saudara yang terdampak bencana di Indonesia, salah satunya para korban tsunami di Lampung. Donasi dari diaspora Uighur untuk korban tsunami melalui Aksi Cepat Tanggap (ACT) kini telah diresmikan dalam bentuk Masjid Persahabatan di Way Muli, Rajabasa, Lampung Selatan, Selasa (27/11).

Senior Vice President ACT Syuhelmaidi Syukur menyampaikan rasa bahagianya atas kepedulian masyarakat Uighur. "Alhamdulillah, bantuan terwujud menjadi masjid ini. Mari, kita berdoa semoga saudara-saudara muslim kita di sana mendapatkan haknya sebagai seorang muslim dan kebebasan beribadah," ujar Syuhel, dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.co.id.

Baca Juga

Dalam kesempatan yang sama juga hadir Ketua Majelis Nasional Turkistan Timur, Seyit Tumturk. Menurut Seyit, selama puluhan tahun ini, tidak ada yang benar-benar menyuarakan penindasan yang dialami Uighur atau membela nasib Uighur secara terang-terangan.

Sampai pada akhir 2018, masyarakat Indonesia melakukan protes besar-besaran atas ketidakadilan yang dialami Uighur. "Ini amat berarti bagi 35 juta diaspora Uighur dunia. Semua diaspora Uighur di mana pun menyaksikan sejarah baru ini, ada yang membela nasib mereka, yakni masyarakat Indonesia. Saya atas nama 35 juta warga Uighur dunia, mengucapkan terima kasih kepada ACT dan kepada seluruh Muslim Indonesia, yang telah mengambil tanggung jawab umat ini, dan menjadi contoh seluruh umat muslim di dunia. Semoga Allah meridhai kita semua," kata Seyit.

Turkistan Timur atau Daerah Otonomi Uighur Xinjiang merupakan daerah yang sempat menjadi sorotan dunia atas pelanggaran hak dan opresi yang diterima etnis Uighur di China. Seyit mengatakan, sebagai gambaran, saudara-saudara Muslim Uighur di sana dilarang shalat, zakat, puasa, menggunakan jilbab, peci, dan segala bentuk simbol peribadahan Islam.

Syekh Muhammad Salih merupakan salah satu tokoh ulama Uighur di Xinjiang, yang ditindas dan meninggal dunia di kamp penjara. Nama Syekh ini disematkan pada nama masjid persahabatan ini untuk mengenang jasa beliau.

photo
Dok. ACT

Mereka berharap, masyarakat Lampung dapat memanfaatkannya untuk beribadah dan merawat apa yang sudah dibangun. Dengan diresmikannya masjid tersebut, membuktikan ACT tetap peduli dan tidak meninggalkan masyarakat terdampak di masa sekarang. Sebelumnya, ACT Lampung juga terus menyapa dengan bantuan paket pangan, paket hadiah untuk marbot masjid, kurban, pembangunan sumur wakaf, dan bantuan lainnya.

Dalam peresmian ini, Staf Ahli Bidang Ekonomi Pembangunan dan Pemasyarakatan mewakili pemerintahan daerah dan masyarakat Lampung, Burhanudin mengungkapkan rasa terima kasih dan ajakan kerukunan beragama dengan adanya masjid persahabatan yang telah dibangun. "Atas nama Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan, kami mengucapkan terima kasih atas kepedulian dari jajaran ACT dan Majelis Nasional Turkistan Timur dengan memberikan bantuan pembangunan masjid ini. Mudah-mudahan masjid ini dapat bermanfaat, dapat memberikan motivasi kepada kita semua, terutama ibadah shalat," kata Burhanudin.

Dalam pidatonya, Burhanuddin juga menyampaikan kilas balik tsunami yang telah terjadi di Lampung tahun lalu. Tsunami yang terjadi lalu adalah sebuah peristiwa yang tidak terlupakan untuk semua pihak, baik pemerintah hingga warga di Way Muli. Hal ini karena bencana tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga kerusakan fasilitas-fasilitas lain seperti rumah, sarana-sarana ibadah di sepanjang Way Muli.

"Untuk itu dengan berdirinya masjid persahabatan ini, semoga dapat menjadi motivasi untuk terus meningkatkan ibadah dan keimanan kita kepada Allah," ujar Burhanuddin. 

Sejalan dengan pernyataan jajaran ACT dan pemerintah setempat, Seyit menambahkan pula harapannya kepada warga Indonesia. "Insya Allah, kita berharap semoga masyarakat Indonesia di sini tidak lupa dengan masyarakat Uighur di sana. Semoga, seluruh masyarakat Indonesia tetap peduli dengan Muslim Uighur. Saya berharap dengan peresmian Masjid Persahabatan Indonesia dan Turkistan Timur ini, Syekh Muhammad Salih menjadi simbol persahabatan abadi kita. Saya berterima kasih kepada ACT dan juga segenap yang terlibat. Semoga ini menjadi amal jariyah di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Aamiin," ujar Seyit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement