REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil (KUK) Provinsi Jabar, Kusmana Hartadji menilai pesantren di Jabar memiliki potensi besar untuk mandiri secara ekonomi. Namun, sebagian besar diantara mereka masih memerlukan pendampingan usaha, mulai dari penggalian potensi hingga pemasaran.
"Dari 9000 pesantren di Jabar baru sebagian kecil yang memiliki kemandirian ekonomi," kata dia, Selasa (26/11).
Padahal, kata dia, pesantren sangat dimungkinkan untuk mandiri dengan memberdayakan sumber daya yang dimiliki. Pesantren dapat memiliki unit usaha untuk mengembangkan keberadaannya.
Ia mencontohkan, Pontren Al Ittifaq di Kabupaten Bandung yang memiliki unit usaha pertanian. Produknya sudah dipasarkan ke sejumlah pasar modern di Indonesia.
(Baca: Ada Lima Pesantren OPOP yang mengikuti Halal Expo di Turki)
Terkait, pendaftaran program One Pesanten One Product (OPOP) secara online, kata dia, sebanyak 1.565 pesantren yang mendaftar. Namun, yang lolos seleksi administrasi kelengkapan data persyaratan dan terjaringlah 1.338 pesantren yang dinilai lengkap persyaratan administrasi dan lolos ke tahap seleksi audisi OPOP tahap 1 tingkat kecamatan.
Kemudian, kata dia, dari 1338 pesantren yang diundang untuk mengikuti seleksi audisi tahap 1, sebanyak 1287 pesantren hadir mengikuti seleksi audisi yang dilakukan di tiap 27 kab/kota se Jawa Barat.
Juri dalam seleksi audisi ini adalah juri yang kompeten dari kalangan Akademisi (diantaranya dari SBM ITB, Unpad, Ikopin dan universitas lainnya), kalangan Pengusaha sukses dan dari kalangan Pondok Pesantren yang bukan hanya maju dalam bidang pendidikan namun juga sukses dalam berbisnis.
"Dari 1287 pesantren yang hadir ikut seleksi audisi, terjaring 1074 pesantren yang berhak melaju lolos ke tahap selanjutnya dan mendapat hadiah dari Pemprov Jabar," katanya.