Selasa 26 Nov 2019 14:29 WIB

Ustaz Erick Yusuf Dukung Program Standardisasi Dai MUI

Ada tiga aspek penilaian dalam program standardisasi dai.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agung Sasongko
Erick Yusuf
Foto: ROL
Erick Yusuf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada tiga aspek penilaian dalam program standardisasi dai yang dibuat Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI). Di antaranya aspek keagamaan, paham kebangsaan dan metode dakwah.

Pimpinan Pesantren Kreatif iHAQi, Ustaz Erick Yusuf mengatakan, kalau melihat aspek-aspek yang dinilai dalam program standardisasi dai, program tersebut harus didukung karena bagus. Dia juga mengingatkan publik harus melihat alasan adanya program standardisasi dai.

Menurutnya, alasan adanya program standardisasi dai karena mulai banyak bermunculan dai yang belum kompeten. "Di tengah masyarakat muncul dai karena followernya banyak, langsung disebut dai atau ustaz oleh generasi milenial karena belum paham, padahal secara keilmuan mungkin belum kompeten," kata Ustaz Erick kepada Republika, Selasa (26/11).

Ustaz Erick yang akrab dipanggil Kang Erick mengusulkan, orang yang ingin berdakwah tapi belum cukup keilmuannya alangkah bagusnya menjadi motivator. Karena akan menjadi kekhawatiran ketika seseorang menyandang gelar ustaz tapi belum memahami dasar-dasar ilmu agama Islam.

Ia menceritakan, ada beberapa kasus yang pernah terjadi. Seperti kasus kemunculan ustaz di ruang publik ternyata bukan ustaz. Ada yang mengaku sebagai ustaz tapi melakukan penipuan. Jadi Komisi Dakwah MUI membuat program standardisasi dai berdasarkan aduan dan kekhawatiran masyarakat.

Tiga aspek penilaian standardisasi dai dia antaranya, aspek keagamaan artinya paham keagamaan dai harus wasathiyah atau moderat. Aspek paham kebangsaan artinya dai memahami Islam tidak bertentangan dengan NKRI dan Pancasila. Aspek metode dakwah artinya dai menyampaikan dakwah yang inspiratif dan membangun ukhuwah.

Menurut Ustaz Erick, dapat dipahami adanya penilaian terhadap aspek paham kebangsaan. Mungkin karena ada kekhawatiran terhadap separatisme dan lain sebagainya.

"Tapi kalau saya lihat tidak perlu khawatir sebetulnya kalau sudah memahami secara kafah, para ustaz dan alim ulama kita itu paling NKRI, karena mereka kita semua merasa, Pancasila dilahirkan oleh para ulama, negara Indonesia dilahirkan karena kesepakatan para ulama," ujarnya.

Ia juga menegaskan, konten dakwah para dai yang menginspirasi dan jauh dari narasi yang cenderung menimbulkan perpecahan juga sangat penting dipahami para dai. Sebab yang dibutuhkan bangsa saat ini adalah upaya merekatkan umat. Jadi sebaiknya menahan diri dari pembicaraan yang sensitif.

Pimpinan Pesantren Kreatif iHAQi ini juga berpesan agar umat berperasangka baik terhadap setiap program MUI. Sebab apapun yang dilakukan oleh para ulama di MUI untuk kebaikan semuanya.

Dia juga mengapresiasi nama standardisasi dai yang tidak memancing kontroversi. Dai yang tidak distandardisasi tidak dilarang dakwah. "Intinya harus diluruskan, ini bukan sertifikasi (dai), tidak seperti kalau dai tidak disertifikasi jadi malpraktik, itu harus diluruskan ke sana," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement