Senin 25 Nov 2019 16:20 WIB

Insentif untuk Guru Ngaji Masih Sangat Minim

Penghargaan untuk guru ngaji masih minim.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Guru mengaji (ilustrasi)
Guru mengaji (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Lembaga Khusus Dakwah (LDK) PP Muhammadiyah, Muhammad Ziyad menuturkan peran guru Taman Pendidikan Alquran (TPA), Taman Kanak-Kanak Alquran (TKA), maupun madrasah diniyah sangat besar kepada anak-anak usia dini. Namun dia mengakui penghargaan kepada mereka masih sangat minim.

"Guru-guru ngaji itu punya peran yang sangat besar. Merekalah yang mengenalkan huruf-huruf hijayah kepada anak-anak usia dini, di mana usia itulah puncak awal usia untuk menanamkan nilai-nilai mengenai karakter dan pengetahuan," ujar dia kepada Republika.co.id, Senin (25/11).

Baca Juga

Karena itu, menurut Ziyad, penting bagi pemerintah untuk melirik dan memberi perhatian serius kepada dengan guru-guru ngaji di Tanah Air. Sebab, kata dia, jumlahnya sangat besar dan tersebar di masjid, madrasah, hingga rumah-rumah warga.

"Tujuannya mereka ingin mengantarkan anak-anak Indonesia melek huruf Arab, pengetahuan dan melek lingkungan akhlak di sekitarnya," katanya.

Ziyad pun mengakui, selama ini masih banyak dan telah diketahui bersama bahwa guru-guru Alquran ini belum mendapat perhatian yang maksimal.

"Memang ada kepala daerah yang memberi perhatian misalnya di DKI Jakarta, yang dalam APBD-nya memberi insentif kepada mereka, dan juga Sulawesi Selatan serta Jawa Timur. Tapi kan tidak merata," imbuhnya.

Ziyad juga masih menemukan beberapa guru ngaji yang mengajar penuh dalam sepekan. Namun insentif yang didapatkan dalam sebulan itu hanha sekitar Rp 100 ribu hingga Rp 500 ribu.

"Ada guru TPA yang full satu pekan. Kadang insentif bulanannya itu Rp 100 ribu, Rp 150 ribu, Rp 200 ribu, masih sangat minimal, ada yang lumayan yaitu Rp 400 ribu sampai Rp 500 ribu. Tapi masih sangat jauh sesungguhnya," paparnya.

Dalam kondisi demikian, lanjut Ziyad, warga pun kerap tidak melakukan urunan sebagai insentif untuk guru ngajinya. "Di beberapa daerah yang minus, itu enggak ada urunan, bahkan di dekat Jabodetabek itu iuran Rp 10 ribu, itu dapat apa. Mereka (guru ngaji ini) memang ikhlas, tapi kan enggak bisa bangsa ini membiarkan seperti itu," ucapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement