Kamis 07 Nov 2019 18:30 WIB

Skotlandia Rumuskan Panduan Pemberitaan Terkait Islamofobia

Panduan pemberitaan untuk menekan angka konflik

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Islamofobia (ilustrasi)
Foto: Bosh Fawstin
Islamofobia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, EDINBURGH – Parlemen Skotlandia (CPG Cross-Party Group) bersama dengan Universitas Newcastle dan National Union of Journalist merumuskan panduan bagi media yang menulis tentang Islamofobia. 

Dilansir di holyrood.com, Kamis (7/11) penelitian untuk proyek ini melibatkan Muslim muda, Muslimah, individu dan organisasi yang menjadi anggota CPG, non-Muslim, dan jurnalis senior dari media cetak dan penyiaran. 

Baca Juga

Laporan tersebut telah dituli Uzma Mir, mantan produser eksekutif BBC Skotlandia, dan Peter Hopkins, profesor  sosial di Universitas Newcastle. 

Mereka mengatakan berita utama terasa  menyakitkan dan mempertanyakan mengapa tidak ada lebih banyak cerita positif tentang Muslim di media?

Laporan tersebut juga menemukan bahwa terminologi sering digunakan tanpa banyak memperhatikan keakuratan, seperti istilah 'jilbab' dan 'burka' yang digunakan secara bergantian, dan artikel-artikel kadang-kadang merujuk pada kepercayaan Muslim individu.  

“Benar atau salah, orang menyalahkan politisi dan media karena meningkatnya perpecahan di masyarakat," jelas Ketua CPG tentang penanggulangan Islamofobia Anas Sarwar MSP. 

Ringkasan dua halaman pedoman untuk jurnalis juga telah dibuat dan akan dibagikan kepada surat kabar dan organisasi media di seluruh Skotlandia.  

Diharapkan pedoman ini dapat meningkatkan penggambaran, akurasi, representasi dan terminologi yang digunakan tentang Islam dan Muslim. 

Sehingga dapat menjadi alat yang biasa digunakan untuk wartawan, editor, penyiar, kolumnis, dan profesional media lainnya. 

“Saya berharap ini menjadi alat yang sering digunakan dan bertindak sebagai panduan cepat untuk media. Dengan bersatu untuk menantang semua bentuk prasangka kita dapat membangun masyarakat yang toleran dan inklusif yang kita inginkan," jelas dia. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement