Rabu 06 Nov 2019 20:40 WIB

WZF akan Optimalkan Digitalisasi Zakat

Tantangan digitalisasi zakat adalah tak semua negara memiliki kemampuan zakat digital

Rep: Rossi Handayani/ Red: Agung Sasongko
Para pembicara dari sejumlah negara tampil pada World Zakat Forum International Conference 2019, di Crowne Plaza Hotel, Kota Bandung, Rabu (6/11).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Para pembicara dari sejumlah negara tampil pada World Zakat Forum International Conference 2019, di Crowne Plaza Hotel, Kota Bandung, Rabu (6/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- World Zakat Forum 2019 telah melahirkan tujuh resolusi. Executive Secretary WZF, sekaligus Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan Baznas, Irfan Syauqi Beik mengatakan, konferensi WZF merupakan acara paling besar dalam sejarah penyelenggaraan konferensi internasional dari sisi kehadiran jumlah negara dan peserta.

Pembahasan yang diangkat, kata dia, sesuai dengan tema yang tengah hangat, terkait memanfaatkan teknologi digital untuk pengelolaan zakat.  "Di Malaysia kontribusinya bisa 20 persen, kita sendiri juga kontribusinya meningkat dua tahun terakhir. Tahun depan kami memprediksi kontribusi penerimaan zakat via digital bisa sampai 30 persen," kata Irfan.

Baca Juga

Selain digital, dalam WZF juga ditekankan kerja sama dengan lembaga multilateral lain seperti, UNICEF dan UNDP, yang sudah mempunyai MoU dengan WZF. Forum ini terus mendorong ekspansi penguatan peran zakat dalam mencapai SDGs, dan secara spesifik meningkatkan kesejahteraan anak seluruh dunia.

"Jadi ya semoga kerja sama antar negara bisa makin kuat, peran zakat bisa makin signifikan untuk ciptakan kesejahteraan global," kata Irfan.

Mengoptimalkan peran zakat melalui digitalisasi belum dilakukan oleh seluruh negara anggota WZF. Sebab tidak semua negara memiliki kemampuan yang mumpuni dalam mengembangkan zakat digital.

Sebelum adanya pertemuan tahunan WZF di Bandung, Irfan mengatakan, mereka mengadakan pertemuan di Malaysia. Negara di Afrika menjadi salah satu perhatian WZF, agar peran zakat secara digital bisa dioptimalkan. Negara yang dianggap lebih mumpuni, dapat membantu negara yang dianggap ketinggalan. Mereka akan memperkuat edukasi dan penguatan kapasitas SDM di negara yang perlu bantuan dan dukungan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement